Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Pulang

Pulang. Apa yang ada dipikiran kalian ketika mendengar kata ‘pulang’? Satu kata ajaib. Pulang. Sejauh apapun kita pergi, selama apapun kita mengembara, pulang adalah jawabannya. Pulang membawa cerita, dimana suka ataupun duka. Jalan kembali ketika kita telah melewati segala macam ‘jalan’ yang diberikan oleh Sang Pemilik. Jalan dimana semua usaha yang telah kita raih, entah memperoleh keberhasilan ataupun menjadi pecundang. Ada kekuatan yang tersimpan dari kata ‘pulang’ yang gue sering gue rasakan selama ini. Rumah. Tempat berpaling dari semua ancaman, baik ancaman fisik atau ancaman jiwa. Menurut gue rumah adalah tempat paling nyaman diseluruh dunia, gak ada tempat lagi yang nyaman selain rumah. Sejelek apapun rumah, sesempit apapun rumah itu pasti nyaman. Kenapa? Karena gak ada lagi tempat  untuk berlindung dari ancaman jiwa. Ancaman jiwa disini maksudnya seperti keadaan dimana jiwa lo merasa gak nyaman, dihina, difitnah, gak disukai, beradu ego, dan semacamnya. Rumah adalah

Change

Sekarang gue sedang menjalani semester 3 perkuliahan. Semakin kesini mental dan fisik gue semakin diuji. Bahkan sifat gue yang dulu gak muncul di SMA sekarang keliatan. Gue sekarang jadi suka emosi, gak sabar dalam menghadapi apapun (termasuk temen gue sendiri). Jujur ini bukan pengaruh karena gue lagi PMS, melainkan pengaruh pressure dari luar, dan gue terlalu peka dalam hal ini. Marah-marah, nangis bahkan sampai nyindir orang yang gue anggep salah (dalam hal ini gue baru tau kalo gue memang orangnya terbuka kecuali dengan orang yang gak mau jujur sama dirinya sendiri, istilahnya biar dia sadar diri. Gue gak mau gue mencari masalah dengan orang lain, apalagi sampai dia gue cap melakukan kesalahan atau yang lebih parah lagi gue fitnah, gue masih manusiawi. Gue memilih diam, tapi rasanya itu masih belum bisa gue pegang kendali, ujung-ujungnya nusuk dari belakang. Tapi tetep, gue masih manusiawi, gue tetep diam dan gak membicarakan itu ke semua orang yang gue anggep temen itu, semuanya

For Him

Gue bahagia, saat dia jauh dari sisi gue. Gue bahagia, ketika dia tertawa, tertawa bukan karena gue. Gue bahagia, ketika dia jadi dirinya sendiri. Gue sedih, ketika dia berubah karena bukan  untuk kebaikannya. Gue sedih, ketika dia membutuhkan seseorang untuk bercerita, tapi gue terlalu jauh untuk bisa kembali. Gue lebih bahagia lagi, dia tersenyum karena seseorang yang dia cintai. Gue bahagia, cukup. Dan sampai hujan ini selesai, gue akan selalu bahagia tanpa mengharapkan dia kembali lagi. Terima kasih untuk selama 7 tahun ini ada di dalam benak gue. For him, someone that I never have.

Down

Percaya gak sih sama cinta sejati? Itu pertanyaan yang paling mengganggu otak gue ketika film-film tentang itu bahkan temen gue sendiri yang udah bertahun-tahun pacaran. Sebenernya gue males membahas ini, tapi karena gak ada bahan lain untuk dibahas yah, so what? Buat gue ada dua jawabannya, antara ada dan gak ada. It’s all your depend. Ketika gue merasa gak ada hal lain yang bikin gue bahagia selain sama pencipta gue sendiri, gue gak percaya. Dan ketika gue punya seseorang disamping gue, gue percaya, lalu gue lupa semua. Lupa disini bukan berarti lupa ingatan ya. Tapi gue lupa sama diri gue sendiri. Andyouknowwhatimean.Seharusnya bukan itu yang gue lakukan, dan semuanya udah terlambat. Gak akan kembali lagi menjadi happy ending like FTV. Cuma bisa sedikit senyum kalo flashback beberapa bulan yang lalu. Kayaknya masalah diatas terlalu kecil dibanding sama masalah yang real dikehidupan kita. Yap, kehidupan. Kita bangun tidur, ngelakuin kegiatan yang sama setiap hari. Monot

LIFE IS....

Mumpung masih melek dan gue baru sampe kosan, gue mau posting sebentar. Karena udah seminggu lebih gue gak posting dan lagi ada mood buat posting, oke. Hidup gue kurang lebih 3 bulan ini tanpa beban alias free, free ini bukan free dari segala masalah. Gue menjamin semua orang yang masih hidup pasti punya masalah. Entah itu masalah pekerjaan, cinta, bahkan sama masalah dengan dirinya sendiri. Nah kalo gue bisa dikatakan free dari masalah yang gue sebutkan kedua tadi, yap. *i*ta. Yes, life is for living. Banyak orang bilang begitu. Tapi banyak faktanya orang-orang gak bisa menjalani hidupnya sebagai dirinya sendiri. Masih banyak yang pake topeng dan mungkin permanen menempel dimukanya. Untuk manusia tipe ini sih gue gak bisa menjamin semua orang punya, karena gue bukan tipe yang bisa baca sifat orang (re: dukun). Kalo masalah diatas selalu dibiarin terbengkalai dan gak ada solusinya, pasti masalah lainnya datang bertubi-tubi. Misalnya aja pekerjaan, dan lagi-lagi cinta. Gue

If I Had To Die For Someone

I wear my seatbelt in the car I buckle up for safety I run for cover from the storm I wear a band aid on my knee I look both ways when crossing and I flee Any danger I can see And if I try each day to save my life in every way I can How could I understand the way You died for me                      'Cause I don't know if I could even if I think I would If I had to die for someone If I had to die for someone else How could I ever give my life to set the guilty free When I cannot imagine If I had to die for someone else like me Someone else like me I keep away from falling rocks and I don't play with matches I lock the door I don't know why It seems to me I'm much too old to wear a scarf out in the cold but I want to live until I die I guess I love my life a little more than I should love it And if I had to I don't know if I could Lay it down And I am glad that You are not at all like me 'Cause You laid down

Defisiensi (2)

Oke, sebelum adzan berkumandang dan perut gue sudah berguncag-guncang minta diisi, gue mau ngepost. Gak kebanyakan orang update dulu di twitter, gue milih nge blog disini, kata-katanya lebih leluasa, dan lebih bebas mengutarakan isi hati #huftbanged. Selamat hari blogger buat para blogger! Emang telat sih, karena baru megang notebook hari ini. Bagi para blogger seperti gue yang masih amatiran dan memang amatiran, suatu kebanggaan tersendiri punya hari lahir. Intinya buat para blogger gue berharap bisa lebih berkarya lagi walaupun ‘gak terlihat’. Amin. Omong-omong, udah lebih dari 6 tahun hipotensi nyangkut dibadan gue. Dan selama itu gue masih belum tau apa faktor usia atau pola hidup gue yang berubah drastis. Oh ya, kalo ada yang belum tau hipotensi itu apa, hipotensi adalah keadaan dimana tekanan darah kurang dari normal, bisa mencapai 90/60 mmHg dan bisa kurang. Yap, gue gak pake googling dan copas, karena gue udah apal sama penyakit gue sendiri. Jujur aja, yang paling

Cara Gue

Sebelum tidur, gue mau posting beberapa unek-unek selama beberapa hari belakangan. Rasanya gak pol kalau belum semuanya gue tulis. Lumayan bisa tidur pura-pura nyenyak malam ini. ketika berbicara dan bertindak gak ada gunanya lagi, kata-katalah jalan keluarnya. Contohnya gue, kata-kata yang gue keluarkan di postingan ini karena memang gak ada lagi atau lagi gak ada yang bisa gue eluh-eluhkan diluar sana. Karena gue anti yang namanya “talk more do less”. Karena sekali gue melakukan itu, gue bakal diem dan introspeksi diri. Dan kalau masih ada yang salah sama gue, gue juga diem. Karena itu cara gue berpikir. Entah itu ada ketenangan diri atau apa. Dan ketika mood gue turun, gue tetep diem. Diantara wudhu, tidur atau denger musik jadi alternatif gue. Minggu-minggu ini ada yang salah sama gue, mungkin abis down semua badan karna sakit dari jumat kemarin dan gak sempet mandi 2 hari (di gue sih normal aja, bahkan seminggu gak mandipun pernah). Nah, selama sakit itu gue jadi suka men

Paling Absurd

Apa yang kita obsesikan dan kita harapkan gak selalu sesuai sama kehendak Tuhan, misal kita maunya berjodoh sama dia, tapi akhirnya sama si itu. Gak ada yang tau kita mati kapan, 2 jam kedepan pun gak tau apa yang akan terjadi, dan dengan cara apa kita mati. Ini realita. Gue pun hanya seorang manusia biasa, yang punya banyak impian, obsesipun pasti punya. Kelemahan gue juga banyak, karena gue sadar gue gak sempurna. Gue tau kelemahan itu tapi gue mencoba menutupi kekurangan itu dengan kelebihan yang belum semuanya gue tau. Semua masalah yang selalu setia datang, entah ketika gue sedang bahagia atau pura-pura bahagia, gue mencoba belajar, meskipun jalan akhirnya adalah menangis, gue akan jalanin. Senyum didepan banyak orang, menangis diatas sajadah. Itu realita yang gak bisa gue pungkiri bahwa setiap gue punya masalah dunia. Pertanyaannya adalah: buat apa gue hidup? Wallahu alam. Mungkin semesta ingin gue membuka diri, biar mereka masuk dan tau apa isi hati gue, semoga mer

Dash Berlin - Till The Sky Falls Down

It's been so long since I have touched you I can't remember how it feels To have you loving arms around me This is the pain I've never healed All my live I have been searching For someone honest just like you You left me here without a reason Every tear belongs to you I'll be waiting till the sky falls down Till you come around, baby I'll be waiting till the sky falls down Let the rain clouds come I'll be waiting till the sky falls down Till you come around, baby All I need is one good answer To understand why you were gone Everything reminds me of you Without you I can't go on I'll be waiting till the sky falls down Till you come around, baby I'll be waiting till the sky falls down Let the rain clouds come

OTAK VS HATI (1)

Otak      : “Sampe kapan lo mimpiin dia yang gak bakal ada buat lo?” Hati        : “Gatau deh.” Otak      : “Lo berani nyapa dia, tapi apa dia akan bales sapaan lo?” Hati        : “Gak.” Otak      : “Buat apa lo nangis buat dia yang gak pernah menawarkan bahu dan mengusap pipi lo          ketika lo lelah?” Hati        : “Hmm.” Otak      : “Nyadar dong, dia cuma harapan kosong yang terus lo tunggu gatau sampe kapan.” Hati        : “Iya.” Otak      : “Ngaca juga, mata lo tuh sembap karena sering menitikkan air mata dan memikirkan dia yang gak jelas endingnya.” Hati        : “Iya.” Otak      : “Kenapa daritadi gue ngomong panjang lebar, lo cuma jawab gatau, iya dan gak?” Hati        : “Terus gue harus jawab apa?” Otak      : “Ya lo harus melakukan sesuatu dong!” Hati        : “Tapi gue gak punya tangan dan kaki. Lo emang mau bantuin gue?” Otak      : “Kaki dan tangan yang punya kuasa gue. Gak bisa.” Hati        : “Terus kenapa lo mencampuri masalah gue?” O

Favthngs

Gue agak heran, setiap lagu yang gue puter selalu pas dengan kondisi gue sekarang. Walaupun genrenya ada yang pop, rock, jazz, dangdut, sampe alternative rock. Bukan karena genrenya sih menurut gue, karena yang pasti gue melihat liriknya. Kalo pas, pasti genrenya gue suka. Contohnya lagu 30 second to mars, itu tuh vokalisnya keren banget sumpah, dia screamnya ngepas, gak kayak band di Indo *ups. Mungkin karena bawaan kebarat-baratan gue jadi kurang menyukai band Indo kecuali band indie, dan band yang terkenal jaman SD sampe SMP. Kalo dijabarin gak bakal kelar ini postingan ampe bulan depan. Selain bawaan kebarat-baratan, semua lagu yang gue temukan dikomputer rumah. Entah itu kakak gue yang mendownload atau dia minta ke temennya yang update lagu. Dan entah berapa lagu yang ada dikomputernya, pegel ngitungnya cin. Pokoknya semua genre ada, kayaknya kecuali kroncong, lagu daerah sama dangdut deh. Lagunya Ebiet G. Ade aja ada. Jadi serasa katalog musik itu komputer rumah. Nah, ka

Masih Sama

Saat pikiran gue pergi entah berantah, yang ada hanya sejumput rasa bingung bercampur bimbang. Ingin rasanya saat-saat itu kembali, tapi gue nihil nyali untuk menariknya kembali. Dan untuk menghadapi besok pun gue ciut. Mati sekarang pun tak ada gunanya, sekarang apa? Berdiri sampai lutut keras dan kaki mati rasa, mata yang diselimuti debu dan penyesalan. Selalu penyesalan yang tertinggal dan mengintai gue dari belakang. Jawabannya masih sama, entah sampai kapan ini selesai. Kenapa kita bertemu kalau akhirnya pasti menghilang satu sama lain? Buat apa kita saling tegur sapa kalau akhirnya pasti terdiam diantara sekat? Dan lagi-lagi jawabannya masih sama. 

Tolong

7 tahun lebih aku memendam rasa, dan kamu tahu itu. Entah sudah berapa kali kamu hadir sebagai bunga tidurku. Entah sudah berapa kali aku meneteskan air mata untukmu. Tapi apa balasannya? Kamu hanya diam dan tak mau menjawab semua kegelisahanku. Namun sekarang apa? Aku masih merindukan kamu yang sekarang entah dimana, dan mungkin bersama orang lain. Aku tak berharap apa-apa sekarang dari kamu, karena cinta tak butuh alasan apapun. Asal kamu bahagia dengan orang yang kamu sayang sekarang, aku turut berbahagia. Ini termasuk cinta bertepuk sebelah tangan kah? Aku mengira seperti itu. Tapi aku menikmatinya saja kok. Karena jarang orang yang 7 tahun lebih memendam rasa  untuk seseorang sampai seperti ini, atau banyak kah? Mungkin. Entah sampai kapan rasa ini benar-benar mati dan hilang dari hati. Tolong, teruntuk kamu yang disana, 7 tahun aku disini terjebak di pintu yang belum pernah kamu buka sekalipun. Tolong, usir aku atau apalah, yang membuat aku tidak menunggu seperti ini. Me

Yah,begitu

Kali ini gue ngepost dengan keadaan setengah ngantuk, setengah pusing dan cucian. Padahal kurang lebih 2 jam gue tidur di kereta, manusiawi bukan? Makanya agak-agak gak jelas gini postingannya. Baru pulang ngebolang dari kota tua, nganterin temen bikin sketsa buat pacarnya, bukan ulang tahun tapi anniversary, yang ke 4 tahun. Buat gue sih gak penting, tapi bagi temen gue penting kali ya. Temen gue ini orangnya 11:12 sama gue, sama sama boyish. Bedanya dia pake behel  gue engga, gue pake jilbab dia engga, sama-sama jalannya aja agak “beda” dari cewe yang lain. Makanya setiap jalan bareng dan ngeliat cewe yang rempongnya amit-amit (amit-amit disini dari makeup, assesoris, baju dan cara jalan) gue dan dia saling melirik dan menahan ketawa. Ah pokoknya komplit deh gue sama dia. Buang ingus dikelas pun barengan, duh sosweetnya, sayangnya dia udah punya pacar #huftbanged. Daripada membahas ingus-ingusan tadi, jujur gue sebenernya gak ada mood buat posting. Entah pikiran gue melalang

MIXMAXX

Rasanya ga afdol kalo lebih dari seminggu itu ga ada postingan di blog ini. Karena terlalu lama jenuh dengan perkuliahan yang semakin ketat bagaikan celana atlit lari sprint *mikir* oke, malam ini dalam keadaan perut lumayan keroncongan, belum mandi dari pulang kuliah, yah sudah biasa.Tugas yang belum kelar dari seminggu yang lalu digantikan dengan tugas deadline ini itu, sudah biasa. Ujung-ujungnya lirik temen yang paling rajin sejagad bogor, yah sudah biasa. Belum lagi masalah cuaca Bogor yang selalu setia hujan setiap sore, banyak godaan, ya kalo gak tidur, ya makan, ya galau (yang ini bukan prioritas) sudah biasa. Temanya nothing, emang ga ada maksud gue disini posting, ya seperti postingan sebelumnya yang rancu. Hanya memenuhi hasrat jari untuk menari diatas keyboard dan suara khasnya Emma Hewitt dari laptop, cukup membuat telinga dan otak gue terhibur. Sayangnya aroma kopi ga bisa gue rasakan, karena gangguan kesehatan menghalang segalanya (halah). Ga terasa udah 1 tahun

Hujan?

Mengapa hujan yang ini berbeda ya? Hujan yang sekarang lebih dingin dan sepi. Hujan yang sekarang memaksaku untuk memejamkan mata lebih lama. Bukannya aku mengantuk, tapi aku tak mau hujan-hujanan sendirian. Hujan di pelupuk mata yang tak pernah lelah turun untuk kesekian kalinya. Mungkin sudah seperti ini yang aku terima, mungkin. Kata orang, kalau kita mau melihat pelangi, kita harus belajar untuk melihat hujan. Tapi hujan yang seperti apa? Seperti inikah? Siapa yang mau menjawab? 

Sampai Kamu

Terlalu lelah, untuk berjalan, mengayuh, bahkan menanjak, sebuah tujuan yang tak pernah aku kira sebelumnya. Ya, untuk menghabiskan sisa hidup bersamamu. Tak pernah aku bayangkan jika dulunya ‘kita’ sama-sama selalu menjalin senyuman dan harapan. Dan kini, aku hanya bisa mengingat kembali apa yang membuat ‘kita’ tertawa. Mungkin  rindu ini hanya tersampaikan lewat mimpi, dan ketika aku bangun nanti, cuma ada luka di hati. ‘kita’ yang sekarang hanyalah aku dan kamu, bukan siapa-siapa. Menjalani hidup masing-masing. Sampai kamu punya seseorang yang akan selalu ada di samping kamu. 

Terserah Judulnya Apa

Mumet rasanya mau nulis tapi tetep aja ga bosen buat nulis, ya namanya juga ga ada kerjaan. mau bahas apa juga bingung, ya namanya juga lagi mumet. Begini nih absurdnya gue kalo lagi mumet. Sayangnya si ide lagi melalang buana entah kemana, jadilah gue mumet disini. Semumet-mumet orang mumet ya gue yang ga ada kerjaan dirumah selama 2 bulan lebih, mumetnya bukan main. Cuaca diluar juga ngajak ribut, alhasil gue memilih untuk stay on my bed all of time, uyeah. Selain kemumetan gue dirumah, ada kejadian yang paling ‘ter’ selama 19 tahun gue dilahirkan di dunia. Lebay emang lebay, kalo ga lebay berarti aneh. Selama gue hidup, gue baru punya boneka sendiri itu ada 4, dan semua itu hadiah ulang tahun. Sebenernya sih gue lumayan suka sama boneka, karena warna-warni dan bentuknya banyak. Tapi ya, mau beli agak malu. Entah naluri gue yang begini, entahlah. Jadi jangan heran di kamar gue kalo ada boneka, itu punya kakak gue dan sebagian kado ulang tahun. Alasannya sih biar ada yang nemeni

Belajar

Pernah ngga kamu berfikir, semua keinginan kamu tercapai dengan baik? Seakan-akan Tuhan sedang berbaik hati kepada kamu dan kamu merasa puas, dan bahagia. Sehingga kamu lupa bersyukur dan terlena karena semua keinginan kamu dikabulkan. Bahkan jika melihat seseorang yang sedang ‘kurang beruntung’ kamu meremehkannya? Pernah? Atau kamu saat ini sedang ‘kurang beruntung’ apabila keinginan kamu belum tercapai, bahkan hal yang paling kecil sekalipun, belum tercapai juga. Tenang, Tuhan ngasih kesempatan buat kamu untuk mengerjakan hal lain, sebelum Tuhan mengabulkan keinginan kamu. Life is too sweet to give up, sist. Masih banyak hal lain yang harus kamu kejar. Belajarlah dari semesta, mereka selalu berkembang walaupun kamu ngga sadar. Perlahan tapi ada hasilnya. Belajar membaca dari kitab kehidupan, meskipun tanpa aksara tapi bisa terasa. Belajar selalu bersyukur, meskipun dari mulut terucap sampai hati terasa. 

UNTUK KAMU

Untuk: kamu Mungkin kamu gatau, aku sedang memikirkan kamu yang mungkin sedang memikirkan aku disini, bukan menutup kemungkinan aku rindu kamu. Aku gatau ini rasa apa, bukan duren apalagi melon. Rasa ini gabisa terasa dan gatau sampai kapan begini. Rasanya seperti dihantam sebuah batu paling besar yang aku tahan pake tangan aku yang kecil ini, alhasil tangan aku berdarah-darah dan tersayat, tapi aku tetap bertahan sampai badan aku gabisa menahannya lagi, tapi aku belum jatuh, karena aku masih punya dua kaki yang masih bisa menopang aku untuk berdiri. Aku masih bisa tersenyum karena aku tahu atau terlalu percaya diri bahwa perjuangan ini bakal berakhir dengan bahagia. Rasa yang hampir ‘mati’ ini mengaum diantara ruang yang aku sebut hati itu. Aku percaya manusia itu pintar, karena mereka punya organ tubuh yang namanya otak. Dan sebenarnya aku masih ga percaya kalo ‘hati’ yang dimiliki manusia itu ada, soalnya ga ada teori yang jelas untuk membuktikannya. Dia ghaib, makanya aku

Intermezzo (lagi)

Sebenernya laptop yang gue pake ini udah gak layak pakai, tapi mumpung masih bisa dipakai buat menulis, gak ada alesan kan? Masih bingung dengan topik yang akan gue bahas di post ini. Karena sudah beberapa minggu ini kepala dibuat rieut (re: pusing) dengan pikiran gue sendiri. Ya gimana enggak? Menggabut sebulan lebih kerjaan gue di rumah. Tak ada kue lebaran, baju baru pun hanya angan. Astaga, terlalu mencurahkan banget ini ya. Masalah? Gak sih, karena gak ada yang baca postingan gue selain gue sendiri, yihahaha. Tapi serius, 2 bulan lebih gabut di rumah. Mau kerja tapi rasanya mager. Karena gak ada tawaran juga (ini mahasiswa tipe apa ya?) ada sih tawaran, tapi bukan tawaran kerja, malahan tawaran les bikin kopi di daerah kantor kakak gue yang lupa namanya. Dibayarin pula, enak kan? Tapi teteup, kaki gue males melangkah untuk keluar. *tepok jidat* Banyak hal yang gue alamin sebelum dan selama bulan puasa ini. Emang yah, feeling gue sebagai wanita (terserah mau bilang per

Gatau

Memang manusiawi, kita diciptakan sebagai manusia oleh-Nya, punya perasaan, yang entah letaknya dimana. Bisa itu berupa rasa sayang, cinta, amarah, khawatir, jenuh, dan berbagai macam perasaan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Karena Tuhan tahu, bahwa makhluk yang satu ini, yaitu manusia, bisa merasakan apa artinya hidup, yang telah Tuhan berikan untuk manusia, yang belum tentu hewan atau makhluk lainnya punya. Kita, sebagai manusia bisa mengambil ‘intisari’ dari berbagai kejadian yang telah kita alami selama hidup dari rahim ibu kita. Entah seberapa ribuan atau jutaan keringat bahkan tangisan yang keluar, karena itu sudah mungkin masanya. Oleh karena itu, jangan merasa bahwa kamu, manusia, merasa gagal mencicipi indahnya dunia ini. Ingat, itu semua bekal kita untuk hidup kekal nanti. Masih ada ‘tangan-tangan’ yang akan membantu kamu untuk mencapai semuanya. Siapapun yang baca blog gue, gue memohon, jangan pernah menyerah. Bisa aja lo yang lagi berada di bawah titik jenuh at

Intermezzo

Miss so much sama blog ini, udah lama gak nulis setelah beberapa bulan. Oke, nulis dalam arti ‘nulis’ ya, bukan nge-post kata-kata yang cuma muncul dalam pikiran dan langsung nge-post, karena itu sisi diri gue yang lain. Jangan bertanya-tanya, mungkin yang punya blog ini punya kepribadian ganda.Oh ya, sekarang hampir seminggu kita puasa bukan? Eh maksudnya disini shaum, kalo puasa itu artinya “menyiksa” ga ngerti itu bahasa mana, dapet dari temen gue kalo shaum itu artinya “menahan diri” sedangkan puasa itu ya tadi artinya. Jadi kita pake kata shaum aja ya. Menurut gue, bulan Ramadhan itu punya arti sendiri, kenangan sendiri di setiap tahunnya. Kalo di tanya kenangan apa ya banyak, dari shaum pas masih TK, madrasah, SMP, SMA, dan sekarang kuliah. Masih inget tahun 2000, shaum kali itu bakal keinget sampe sekarang, yang orangtua gue pun juga inget. Ya gimana gak lupa, waktu itu aja azan zuhur buka kulkas diem diem dan nyomot tape, karena yang ada cuma itu di kulkas, seketika nyokap

Nothing In My Way

A turning tide Lovers at a great divide why d'you laugh When I know that you hurt inside? And why'd you say It's just another day, nothing in my way I don't wanna go, I don't wanna stay So there's nothing left to say? And why'd you lie When you wanna die, when you hurt inside Don't know what you lie for anyway Now there's nothing left to say A tell-tale sign You don't know where to draw the line Well for a lonely soul, you're having such a nice time For a lonely soul, you're having such a nice time For a lonely soul, it seems to me that you're having such a nice time.

Gelap

Di ruangan ini, gelap. Tak ada yang bisa aku lakukan selain membelalakkan mata dan imajipun keluar. Menari-nari lincah bak sudah bertahun-tahun berpengalaman. Mata semakin berat namun tak sedikit pun kantuk yang kurasa. Akhirnya perlahan buliran mata jatuh ke pipi. Bukan itu yang selalu kusesali, namun bersyukur. Karena Tuhan telah memberiku mata untuk melihat, bahkan mengeluarkan kelenjar entah itu antara bahagia, sedih maupun gabungan keduanya.  Tetap, diruangan gelap ini aku tersenyum, menertawakan kelakuanku, menyalahkan diri sendiri. Sampai akhirnya bosan dengan alunan musik itu, akupun tertidur dengan lelap dalam kegelapan.

BUKAN PUISI

Pancaran sinarnya belum pudar Lembut dan menyentuh wajahmu Malam ini, rasa yang semakin berkembang untuk tercipta. Ah, aku bahkan tak bisa menarik kadar melatonin yang terlanjur terbuang karena kuatnya naluri ini Semoga aku baik saja, semoga. Pagi masih terlalu dini untuk dibilang, namun malam sudah terlewat Kafein yang terlanjur menjalar di jantung tak bisa dikembalikan lagi, hanya bisa dinikmati selagi bisa. Alunan jam menunjukkan pukul satu pagi, tak ada yang bisa aku perbuat selain menunggu kadar melatoninku terbentuk lagi. Selamat mengarungi alam indahmu bersama setitik bayangku, sayang.

Kita dan Kopi

Sore itu hujan, entah sudah berapa jam mereka berdelapan duduk di teras atas rumah sang pemilik rumah, di jalan Persatuan. Yaitu Ahmad, Ivan, Klara, Vio, Winny, Andini, Hany, dan Alex, sang pemilik rumah. Hangatnya tawa mereka bercampur bau tanah saat hujan turun, ditambah lagi aroma kopi yang dibuat oleh Hany khusus untuk mereka berenam, karena Vio dan Klara yang tak suka. Mereka memang seperti ini, selalu berkumpul dirumah Alex yang tak jauh dari sekolah mereka. Setelah setengah menit mereka diam karena lelah perut mereka dikocok oleh candaan Andini dan Ahmad, akhirnya lamunan mereka terpecah oleh suara Vio. “Eh gimana kalo kita main truth or dare aja?”suara Vio yang agak melengking mengagetkan Hany yang setengah mengantuk. “Boleh tuh, kita kan udah lama gak main.” Ivan pun mengangguk setuju. “Gue sama Hany gak ikut yah, mau main catur nih.” kata Alex. “Oke oke, gue aja yang mulai duluan ya. T or D?” Vio menunjuk Klara. “Loh kok curang sih? Maen nunjuk gue aja!” Geram Klar