Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Tetap Dalam Jiwa

Akhirnya purnama datang lagi. Hal yang paling aku tunggu, bukan hanya sinarnya yang indah, tetapi tersimpan sejuta rahasia yang ada pada dirinya. Cantik, cantik sekali. Angin yang dingin sekali pun tak menyurutkan niatku untuk melihatnya. Hanya saja jarak yang memisahkan aku dan bulan. Namun sinarnya yang membuatku tetap dekat dan hangat. Sehangat pelukan yang engkau berikan padaku dengan tulus dan penuh rasa cinta. Kita memandang purnama di tempat yang sama sebelum musim kemarau datang. Dan kini, rumput yang telah menguning dan hampir habis di makan sinar matahari menunggu kita untuk kembali menatap cantiknya purnama. Tapi kapan? Entahlah. Jawabannya adalah 'akan tiba waktunya'. Terimakasih, yang telah menemaniku menatap purnama yang luar biasa membuatku selalu takjub. Perasaanku masih sama terhadapmu, sama ketika engkau tersenyum menatap purnama, juga ditemani bintang-bintang yang ada disekelilingnya. Akan kutunggu 'waktu yang tepat' agar kita bisa menikmati sinarnya

Balada

Maaaaak! Aku tak tahan lagi dengan sikapnya dia itu. Sudah dingin, tak acuh lagi. Rasanya ingin ku hapus semua ingatan ku tentang dia. Rasanya ingin ku hajar dia sampai puas. Tapi apa daya mak, aku hanya seorang gadis lemah yang tak bisa apa-apa, bisanya hanya menangis saja. Pura-pura tegar didepan banyak orang, padahal rapuh di belakangnya. Sudah sakit-sakitan pulak. Apa cuma aku saja ya mak yang begini nasibnya? Entahlah itu mak. Aku hanya bisa mengingat semua kejadian pahit itu, memang dulu ada manis-manisnya, tapi bah, sekarang boro-boro mak. Banyak yang tertarik sama aku mak, tapi sepertinya cuma penasaran di awalnya saja, sisanya busuk semua. Akulah yang dapat getahnya, lengket mak, lengket. Duh apa semua lelaki macam itu ya mak? Tapi mamak bisa kok bisa ya sampai sekarang bertahan sama baba? Mungkin banyak hal yang aku gatau ya mak, kisah dan perjalanan kalian mengarungi rumah tangga lebih dari seperempat abad ini. Tapi aku bersyukur mak, aku masih kuat berdiri sampai sekarang

Unwritten

Apakah semua ini harus aku terima? Mungkin ini karma? Apa jalan yang telah aku ambil salah? Apa aku salah untuk bahagia dengan cara yang aku pilih? Jadi salah siapa? Salah Tuhan? Salahku? Aku hanya bisa terdiam dan menangisi yang telah terjadi. Berdoa agar semuanya bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya. Entah kapan doa itu didengar-Nya. Apa aku pantas mendapatkan ini?

Mati Rasa

Aku mati rasa. Tersesat dengan kaki yang beku. Kebingungan karena buta. Meraba-raba setiap ujung jalan untuk mendapat cahaya. Marah pun aku tak bisa. Hanya bisa memendam rasa sesak di dada. Berteriak pun bisu. Tak bisa kemana-mana. Aku mati rasa.