Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Way

Kutitipkan rindu ini lewat doa. Entah akan sampai atau tidak. Hanya ingin mengutarakan isi hati ini. Aku hanya ingin berharap kepada Sang Pencipta. Hal buruk yang dulu menimpaku, sekarang jadi debu. Mungkin masih membekas, tapi tak ada jalan lagi selain jadi pemaaf. Memaafkan diri sendiri, memaafkan masa lalu, meredam hati yang dendam. Tak mengirakan apakah jodoh atau maut dulu yang akan datang. Karena semuanya sama. Akan kembali ke jalan-Nya. Aku hanya bisa diam dan tenang karena aku ingin yang terbaik dan karena bukan aku yang tahu menahu soal takdir. Menangisi masalah tak akan ada habisnya. Lemah? Ya itu aku, memang manusiawi. Sekarang aku hanya ingin aku bisa kuat dengan apa yang bisa kujalani dan dengan doaku itu, aku bisa terus memperbaiki semua kesalahan yang lalu. Hanya lewat doa aku titipkan rindu ini, agar aku bisa tenang melalui tiap detik yang sangat menyiksa. Lewat sabar aku belajar, bahwa semua yang aku inginkan hanyalah nafsu semata, bukan sesuatu yang aku butuhkan. Dan

Heaven Hell

Suka gemes kalau ada orang yang nanya “mana pasangannya?” tanpa berpikir panjang. Lalu juga pertanyaan; “hani kapan nikah?” itu juga. Yeah, jalan hidup seseorang pasti berbeda-beda. Entah itu berliku, menanjak, cuma lurus-lurus atau flat, kita gatau seseorang jalan hidupnya seperti apa. Maka dari itu gue hampir ga pernah menanyakan hal seperti diatas , karena gue gatau apa yang ada di dalam hati seseorang sampai dia menceritakan kisahnya, itupun belum cukup kalau bukan gue yang menjadi dia. Jadi ga akan bisa sampai ditingkat dimana tau segalanya kan? Nah think about it. Lucu aja sih di zaman sekarang, orang-orang berkomentar tanpa berpikir dulu. Bukannya ga suka, karena itu hak mereka. Tetapi ga ada salahnya untuk menghormati jalan hidup yang sudah dipilih dengan cara meng-support dari belakang (paling gampang doa aja deh) udah, so simple. Bahagia itu sederhana, sesederhana kita mensyukurinya. Bahagia dengan berpikir kalau kita bahagia dengan keadaan yang sekarang. Maupun itu lagi

Savetember

Orang-orang yang paling berharga menurut gue dan satu-satunya hal yang paling gue harapkan adalah keluarga. Mereka tak pernah berubah, ketika masalah kecil atau masalah besar yang menimpa dengan gue. Hanya mereka yang netral ke gue, mendukung dengan cara mereka. Memang, meskipun gue tga se ‘intim’ apa yang seperti keluarga lainnya. Gue lebih tetap percaya mereka. Keluarga disini adalah mamah, kakak, adik-adik dan bapak. Kasih sayang mereka memang tidak terlihat, tetapi tidak munafik. Mungkin pemikiran gue sempit, tapi ini yang gue rasakan selama ini. Berapapun banyak teman atau sedekat apapun gue dengan orang lain, tetap belum bisa ada yang menyamain mereka. Makanya sampai sekarang gue belum pernah punya teman atau sahabat versi gue sendiri. Gue tetap berbaur, tetap sayang dengan orang-orang sekitar yang gue anggap teman. Gue tetap berusaha untuk netral. Karena belajar dari pengalaman lalu, dimana ‘kebaikan’ gue ini atau ‘kepolosan’ gue ini dianggap sepele oleh orang yang dekat dengan