Postingan

Nikah!

Gambar
Bismillah. Setelah beberapa bulan vakum nulis, finally punya bahan yang lebih berfaedah dan informatif dibandingkan dengan postingan sebelumnya.  Sebagai intro, jadi, akhirnya gue menikah, horeeeee~~ dengan pertimbangan ini itu, bukan cuma ingin ikut-ikutan trend, tapi dari diri sendiri ingin menyempurnakan ketidaksempurnaan kehidupan lalu hal seperti itulah yang akan membawa gue menuju Surga-Nya kelak, aamiin.... Ada beberapa aspek yang harus digarisbawahi sebelum memutuskan untuk menikah, ini menurut gue aja ya: Tanya diri sendiri. Apakah menikah itu sebuah hal yang harus dilaksanakan dalam waktu dekat ini? (kalau udah punya calon); dan kalau belum punya coba tanya, kenapa gue ingin menikah? Apakah cuma iri teman-teman terdekat yang sudah menikah bahkan orangtua pun sudah mendesak ingin punya cucu.  Apakah diri sendiri sudah bahagia? Bahagia versi kalian sendiri, bukan orang lain yang buat. Pasangan itu adalah pelengkap yang enggak ada pada kita, jadi jangan berharap dia

FEAR

A fear kills you. Ketakutan akan hal yang belum dan tidak akan terjadi, sering terlintas. Ketakutan akan kegagalan, kehilangan, penolakan, dan semua hal yang tidak seharusnya dipikirkan. Apakah mental saya terlalu lemah? Bawa perasaan? Hanya bawaan hormon? Saya sendiri juga tidak tahu. Hampir seharian ini saya menangis hanya karena masalah sepele, dan yang saya butuhkan hanyalah menulis, berpikir apa yang akan saya tulis, karena berceritapun juga saya tidak sanggup dan takut orang lain tidak menerima saya. Sampai sekarangpun saya menahan tangis padahal sudah makan (laper pas lagi sedih itu nggak enak banget, I swear). Uring-uringan, nggak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal banyak sekali urusan yang belum selesai. Setidaknya sidang skripsi sudah terlewati (alhamdulillah), dulu pasti banyak buku bacaan yang menanti. Tapi sekarang, melihatnya pun masih dipikir dulu. Apa yang telah mengubahku? Ketakutan? Ah, jadi rindu pantai, airnya, ombaknya, anginnya, pasirnya, dan segala

E-Day

Gambar
Sekian lama ga posting, yah cuma sebulan lebih dikit. Nulis aja lah daripada makin gabut (padahal mah urusan dunia masih banyak haha). Tahun ini, gue memutuskan untuk lebih serius dengan seorang laki-laki? Pria? Yaa bisa disebut seperti itu. Entah kesambet apa dan dengan segala drama lahir batin gue menerima dia. Namanya ga perlu disebut karena demi konten, apalah arti nama. Banyak yang kaget dan senang dengan kabar ini, karena dia juga satu almamater saat Sekolah Madrasah dan SMA, satu kelurahan pula *tepok jidat*. Jalan ceritanya begini, tahun 2018 akhir (kayaknya) gue yang masih sendiri dan dengan 'kebebasan' menjadi seorang jomblo, ga ada perasaan apa-apa sama siapapun (gue 'bebas' dengan perasaan yang lama karena pernah suatu ketika ada perasaan sementara yang mengingatkan gue untuk bisa moveon, ibaratnya dia yang 'sementara' ini menampar gue untuk kembali ke diri gue sendiri) yak balik lagi ke cerita, jadi setelah beberapa waktu cal

Creep

Ketika ingin melihat sisi dari orang lain Tapi terlihat salah Menyalahkan diri sendiri yang tak kunjung bebenah diri 'Aku hanya ingin bahagia' Tumpahkan nak, tumpahkan saja Hormon yang meluapmu itu Tidak ada yang mengerti satu orang pun Karena mereka juga punya masalah sendiri. Dan akhirnya dipendam entah sampai kapan Mau berbagi peluh dengan siapa Kalau cerita saja tak sanggup Memang, dipendam lalu keluar sendiri bak orang yang punya jiwa Manusia, bukan tempat untuk menaruh harapan Boleh menginginkan sesuatu namun Ah entahlah, aku hanya memikirkan sisi negatifnya saja Karena sering dalam 24 tahun aku hidup Dalam kekecewaan rasa sepi, tak dianggap, menyendiri itu cuma sebagian kecil pengalaman Ketika tahu aku akan bahagia, Maka aku tau aku juga akan kecewa Kecewa atas diri sendiri yang tak bisa membahagiakan orang lain Jelas, diri sendiri saja tak bisa bahagia Bagi sebagian orang ada yang menganggapku aneh Yah orang lain berpendapat apa saja aku tak pedul

Crisis

All I need is to trust my self. Berada di lingkungan yang memang ‘depresi’ atau hanya sekedar ‘overthinking’ dianggap tabu dan sepele. Gue yang selalu berusaha menyimpan banyak cerita yang selalu gue tuang kedalam blog ini, karena ga ada orang lain yang bisa gue bagikan kecuali memang Allah yang selalu akan mendengar keluh kesah hamba-Nya. Tapi hal itu mutlak, lain hal dengan lingkungan yang baru dan pastinya akan gue jejaki dalam beberapa waktu kedepan. Apakah gue akan bisa menjalaninya atau tidak, gue tidak terlalu mempermasalahkan. Sesuatu yang gue permasalahkan adalah ketika gue menemukan suatu hal yang janggal atau hal yang tidak gue inginkan terjadi, apakah gue tetap akan tenang atau chaos ? Apakah ini suatu penyakit yang gue alami atau bukan? Sebenarnya banyak faktor yang gue ketahui ketika gue beranjak diusia hampir seperempat abad ini. Ketika gue punya satu masalah, yang gue lakukan adalah berpikir ‘i dont give a fuc* with this, so just relax and let it go’ tapi kalau m

282

Semesta itu luas, seluas kita bisa bersyukur. Bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk hidup hari ini. Tersenyum untuk orang-orang yang kita sayangi Membagi cerita yang kita rasa Bahagia karena telah berjuang melalui masa lalu Berkeluh kesah apa yang diresahkan Karena bukan hanya tentang diri sendiri Tapi semesta Cinta yang kita punya  Simpati yang bisa muncul Empati yang ada, terkadang Amarah, tangisan Penyesalan,  Semuanya pernah mendampingi

Loser

Ketika saya menginginkan kematian, yang ada orang terdekat yang pergi dulu meninggalkan saya. Ketika saya ingin mencintai diri saya sendiri, yang ada saya dibutakan ekspektasi. Ketika saya ingin mencintai orang lain, selalu saja ada yang menghalangi. Sebenarnya pun saya juga tidak tahu apa yang membatasi saya. Ketika perjalanan saya yang hampir 1/4 abad ini yang saya inginkan adalah untuk menjadi diri sendiri. Menjadi diri sendiri kok, masih hobi mengecewakan diri sendiri? Apa memang seharusnya begitu? Pernah terpikir untuk menyakiti diri sendiri, tapi lucunya malah saya tidak berani melakukannya. Terbenam dan terbenam semakin dalam karena amarah yang tak pernah padam. Dan nasihat orang lain tiada guna, kalau hanya kata 'sabar' yang selalu mampir dilidah mereka.