Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Thursad

Apa salah? Jika mencintai seseorang, sampai berfikir kebahagiaan hanya didapatkan dari orang yang kita cintai?  Apa salah?  Merasa sedih karena seseorang yang kita cintai tak ada disisi, padahal kita sangat membutuhkannya? Apa salah? Jika kita menangis karena merindukannya, merindukan wajahnya, merindukan tawanya, merindukan apa yang membuat kita nyaman disampingnya? Apa salah? Jika kita selalu mendoakan kebaikan untuknya, tak peduli betapa menderitanya kita ketika ia bersama orang lain yang bisa membuatnya bahagia dan bukan karena kita? Apa salah? Jika kita tak dapat menahan rasa cemburu, amarah, kecewa karena ia bukan milik kita lagi?  Apa salah? Berharap dapat memeluknya walaupun itu yang terakhir kali?  Ya benar, cinta memang tak harus memiliki. Tapi apa salah, memiliki seseorang yang selalu di hati, tak berharap dibalas, tak mau dikasihani. Hanya berharap merasakan kehangatannya ketika mengingatnya.  Air mata ini memang tak ada artinya, ikhlas mengalir. 

Kamu, Sepenggal Setiap Cerita (2)

Kamu, adalah pengisi setiap luka. Kamu, adalah penghangat di setiap dinginnya hati. Kamu, adalah pembawa kebahagiaan diri ini. Hingga aku tak tahu dan tak mau tahu, kamu ada di setiap cerita di kehidupanku selama ini. Dan mungkin, kamu pernah membuat luka disini. Sampai kapan, kau mau mengukir setiap cerita untuk ku? Sampai kapan? Ah iya, ketika selesai kulantunkan doa dan membaca selembar ayat Al-Qur'an kemarin, spontan aku menangis. Hanya mengingat betapa sulitnya dan sedihnya kisah cinta yang kita jalin, namun dengan semua itu aku bersyukur, bersyukur karena dulu kita pernah berjuang berdua. Meskipun akhirnya dipisahkan oleh jarak lagi. Apa aku bosan? Apa aku lelah? Pasti, aku tidak ingin munafik. Aku sudah terbiasa seperti ini, sudah terbiasa tergoda untuk menyerah, untuk pergi, bahkan membenci. Tapi apa yang aku lakukan? Aku masih saja bisa berdiri dengan rapuh. Walaupun jatuh lemas, aku berusaha berdiri lagi, seperti itu selalu. Kamu, yang selalu ada di setiap doa tidu

War

Disinilah aku, menatap dinding yang gelap gulita. Berharap mata lebih cepat menutup. Harap cuma harap. Tapi pikiran dimana-mana. Apa yang salah dengan diri ini? Bahagia? Sedih? Hampir semuanya mendekati. Wahai kepala, kapan mau seperti ini terus? Si hati sudah nyenyak tidur disana. Terlalu banyak ekspektasi yang bermunculan dan tak mungkin semuanya benar. Bahkan salah semua. Maunya apa? Padahal tadi sudah senang-senang dan akan beranjak tidur. Mungkin ini yang namanya menyiksa diri. Lapar pun dilewati. Hanya dingin dan sesak yang setia menemani. Ya, aku tak punya hak atas kehidupan orang lain. Tapi, dimana sumber kebahagiaan yang seharusnya aku punya? Rasanya seperti di penjara oleh keegoisan diri sendiri. Berjalanpun aku tak mampu, apalagi berlari. Apa ini hidup yang aku inginkan sekarang? Apa aku sudah bahagia? Apa itu pertanyaan yang penting?