Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Rendezvous

Mungkin aku yang berlebihan, mengharap tanpa tahu akhirnya akan menjadi seperti apa Mungkin aku pantas mendapatkan ini, karena dulu aku pernah melakukannya Jadi aku tak heran jika sekarang aku tidak penting bagi siapa-siapa, bahkan bagimu. Rasanya ingin tidur dan melupakan semuanya. Sakit. Dada ini sakit saat mengingatmu. Mendoakanmu. Kamu dulu memang memberiku segalanya, sampai aku lupa aku tersenyum untuk siapa. Tertahan rasa benci ini, karena percuma bayang-bayang mu hampir punah Rasa hangat ini pun menggantung, memeluk embun yang sudah membeku Kenapa orang-orang bisa berubah, namun tidak dengan kenangannya? Pertanyaan yang tak akan bisa terjawab oleh siapapun. Aku buat puisi melantur ini agar aku ingat betapa aku tersiksa akan perasaan ini. Tak berhenti jantungku berdetak kencang mengingat semua impianku yang telah kau kabulkan. Bagai pahlawan, pahlawan kesiangan Impianku yang ingin melihatmu setiap pagi dan malam sepanjang hari membicarakan hal yang gila denganmu seka

Try

Sebuah tulisan tentang ketidakpastian. Karena ada yang percaya bahwa masa depan itu tidak ada, hanya masa kini. Sekarang, aku hanya rindu dengan kenangan tentang kamu, bukan dengan kamu yang nyata.  Memang senang rasanya bila kamu ada disini, membagi senyuman hanya untukku. Tapi, bayanganku jauh lebih indah daripada kenyataan. Dan aku masih bahagia terjebak di dalamnya. Kamu mungkin telah bersenang-senang dengan apa atau siapa yang membuatmu bahagia. Aku tak peduli, aku hanya peduli dengan pikiranku sendiri, dan imajinasiku. Egois, ya itu aku. Tapi apa kamu peduli dengan aku yang mencoba berdiri mandiri tanpa siapa-siapa? Kalau itu untuk kebaikan diriku sendiri, buat apa mencoba datang dan pergi? Mau kamu apa? Mau buat pintu ini rusak? Terlanjur, sudah rusak dan aku sedang menahan ya agar tidak jatuh dan hilang ditelan bumi. Susah payah aku perbaiki pintu ini sendiri. Syukur aku masih mau berdiri dibelakangnya. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi. Yasudah, berkeliaranlah sejauh

ˈsärˌkazəm

Apa ya, saat ini gue resah. Pokoknya galau, bukan cuma galau masa depan gue. Tapi galau dengan masa depan pemikiran orang-orang. Termasuk pemikiran gue sendiri. Mungkin sekarang karena sosial media yang sudah lebih canggih dibandingkan dulu. Coba lihat Ins*agram, semua orang tiap detik tiap menit atau tiap waktu pasti update story, ya memang gue juga seperti itu sih. Cuman kalau mau dilihat lagi, orang-orang seperti bangga memperlihatkan aibnya sendiri. Bukan hanya di aplikasi itu, banyak aplikasi lain yang lebih parah lagi. Dan kusemakinresah kalau melihat perkembangannya. Sepertinya gue kurang hiburan jadi punya pemikiran ini. Orang-orang dengan frontal memperlihatkan kemesraan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya (ini karena bukan gue iri melihat mereka2 lagi jalan-jalan atau gimana) sangat disayangkan aja sih, mengumbar hal yang kurang bahkan enggak baik sama sekali. Oke, that's what yang mereka ingin 'kasih lihat' dan merasa senang setelah update itu. Gue kurang bah

Kopi Terakhir

Semua hal dalam kehidupan yang kita jalani, tak terasa membuat kenangan Tanpa dibayangkan, itu jua terlewati Orang-orang berubah, silih berganti datang dan pergi Menikmati rasa indah, sakit, dunia yang hanya sekedar bercanda Membuat kenangan yang baru, mengubur kenangan yang lama, yang usang Disiram dengan jiwa yang tenang dan tentram Terima dengan lapang dada dan senyuman Bukan, bukan yang terakhir Karena semuanya adalah permulaan Permulaan bagi kita untuk hidup yang abadi Kuminum kopi terakhirku, bersama kenangan yang lapuk Untuk menikmati harapan yang kandas Untuk menghadapi kenyataan yang mengambang Untuk bernafas dengan keikhlasan Diikuti berjalan dengan roda kehidupan