Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Jaman eh Zaman Sekarang...

Sebenernya postingan ini bukan untuk siapa-siapa, cuma ingin mengutarakan aja. Tangan udah gatel kepengen ngepost, daripada kaku udah lebih dari seminggu gak nge blog. J Jaman sekarang. Bukan sesuatu yang tabu kalo kita ngomongin gengsi-gengsian. Jaman sekarang ya, bukan prestasi yang dibanggain dari diri sendiri, malah gengsi yang digede-gedein. Apalah itu, gue sebagai pelajar yang kritis melihat sesuatu perkembangan zaman, eh tulisan yang bener ‘jaman’ atau ‘zaman’ ya? Tauah, gue nulis disini gak peduli tata bahasa Indonesia yang  baik dan benar kayak gimana, intinya gue mencurahkan semuanya di blog ini. Cerita sedikit, tadi pagi pas gue keluar dari stasiun Bogor dan naik angkot, ada segerombolan cewek SMP LABIL masuk ke angkot yang gue tumpangi, dan 3 orang dari mereka  ngeluarin BB. Dalam hati gue, “ini anak gedenya jadi apa ya.” Asli heran bin ajaib ya jaman eh zaman sekarang. Dulu SMP gue boro-boro BB, punya hp CDMA aja sujud syukur cium lantai. Hehe over ah. Lieur.

Lovebridge #3

Keep unbroken and strong.   Stay at the same place where we found 'it'.   And we are never back when we booth smile and freeze. We wait for the day that we can smile again in that street which found 'it'. Enough for yesterday and ready for tomorrow, but i want to tell you how much i ♥ you. You think my behavior is over, but this is my effort, and hby beb? And sorry for the moment, nobody is perfect, we still in that street called ♥ bridge. Try to understand about this way, oke. Take it slow. The actually, i don’t want do this anymore, but the conditions.. Ah, i can’t imagine how my heart is. But my heart is yours, beb. And i don’t know when it will end. NB: gua kalo lagi agak mumet, pasti yang keluar bahasa inggris macam ini, gatau bener apa engga tata bahasanya, emang ini yang ada di otak gua, ya tulis aja apa yang ada.

Untitled

Hidup itu capek, kalo gak capek bukan hidup. Hidup itu bukan ngeluh, ngeluh bukan namanya hidup. Bukan sesuatu yang lumrah kalo kita me’ngeluh’kan apa yang terjadi. Mungkin terjadi secara reflek, udah di mindset di otak, dan bibir udah terlanjur berkata. Butuh banget yang namanya ‘sacrifice’, gaada ruang buat ‘ngeluh’ atau omong-kosong apapun itu. Berkaca diri, apa yang salah dari diri kita, apa yang udah kita lakukan itu udah lebih baik atau lebih buruk. Bukan makin buruk kedepannya,harus lebih baik dan baik lagi. Apa mau dikata kalo ‘sacrifice’ udah berjalan tapi hasilnya gak sesuai apa yang kita mau. Terima diri, berkaca lagi. Mungkin udah takdir dari Tuhan. Tetap Dia kita boleh mengeluhkan semuanya, tetap Dia kita mengadu, apapun itu, karena Dia yang selalu di hati kita. Oh bukan, kita yang selalu di hati Dia. Belum pernah merasakan sebelumnya? Mungkin inilah saatnya mulai merasakan. Merasakan perbedaan ruang dan waktu yang berbanding terbalik dengan yang kita bayangkan.

Hujan, Kopi, Kamu.

Hello semuanya, kali ini gue mau posting di blog nih. Gue kali ini bikin postingan dalam keadaan sehat walafiat alhamdulillah masih waras (?) ya karena sempet 1 minggu lebih kena tipes, dan gue bisa mencurahkan semuanya disini, kalo di dunia maya yang lain kayaknya terlalu vulgar. Ah apasih bahasa lo. Ini sabtu malam bro, bukan malam minggu. Besoknya baru minggu, kalo malem berarti malem minggu kan? Iya aja deh yang jomblo sama LDR-an :'). Dan sekarang hujan. Hujan, kopi, kamu. Perpaduan yang pas disaat kita berdua merajut senyum, membuat suasana semakin hangat, di saat kita tertawa bersama, menjalin ikatan persahabatan, yang lama-lama menjadi sayang, lalu cinta. Kamu, hujan, dan kopi. Masih ingatkah kamu, disaat kita terjebak hujan, di jalan itu, yang membuat kita terpaksa pulang kerumah lebih malam, agar kita bisa lebih dekat lagi, seperti hujan dan tanah. Kopi, yang membawa kita semuanya menjadi lebih dekat, dan hangat seperti bayi yang dipeluk ibunya dengan tulus. Setul

Mirror Never Lies

Lihat! Kamu berdiri disini. Hanya melihat bayangan dibawahmu. Hitam, dan bergerak sesekali seperti mengejek. Itu bukan dirimu sebenarnya. Lihat! Pandanglah lurus! Itulah dirimu sebenarnya. Seberapakah banyak topeng yang kau punya? Seberapa banyak drama yang kau mainkan? Ratusan? Atau jutaan kah?  Dingin. Tak bisa bergerak karena ulahmu sendiri. Menyalahkan orang lain jadi jalan terakhir. Bah, macam orang apa kau ini? Beku. Tak dapat berkata apa-apa lagi. Mengeluhkan diri sendiripun bukan jalan terbaik. Mencoba bercermin, membuka mata. Apa yang kaulihat? Bukan hanya bayangan dirimu lagi. Itulah wajah aslimu! Wajah dengan penuh 10001 topeng dan ribuan drama yang kau mainkan saat ini. Tapi, disaat kau bercermin, tak akan ada yang bisa mengelaknya. Topeng pun tak berani mendekatimu jika kau sedang bercermin. Dan drama pun seakan musnah pula. Cermin tak pernah dusta, sobat.