Heaven Hell

Suka gemes kalau ada orang yang nanya “mana pasangannya?” tanpa berpikir panjang. Lalu juga pertanyaan; “hani kapan nikah?” itu juga. Yeah, jalan hidup seseorang pasti berbeda-beda. Entah itu berliku, menanjak, cuma lurus-lurus atau flat, kita gatau seseorang jalan hidupnya seperti apa. Maka dari itu gue hampir ga pernah menanyakan hal seperti diatas , karena gue gatau apa yang ada di dalam hati seseorang sampai dia menceritakan kisahnya, itupun belum cukup kalau bukan gue yang menjadi dia. Jadi ga akan bisa sampai ditingkat dimana tau segalanya kan? Nah think about it. Lucu aja sih di zaman sekarang, orang-orang berkomentar tanpa berpikir dulu. Bukannya ga suka, karena itu hak mereka. Tetapi ga ada salahnya untuk menghormati jalan hidup yang sudah dipilih dengan cara meng-support dari belakang (paling gampang doa aja deh) udah, so simple.

Bahagia itu sederhana, sesederhana kita mensyukurinya. Bahagia dengan berpikir kalau kita bahagia dengan keadaan yang sekarang. Maupun itu lagi berada dibawah, atau diatas. Karena seseorang bisa membuat surga atau neraka mereka sendiri. Maksudnya? Iya, mereka (siapapun itu) bisa membuat suasana disekitar mereka atau yang paling sederhana, pikiran adalah kunci utama dari surga atau neraka mereka sendiri. Jadi mau apapun caci maki, pujian atau hinaan orang lain, kalau dipikirannya sendiri sudah di mindset sedemikian rupa positif atau bisa menyelesaikan masalah dengan tenang. Pasti kedepannya akan berjalan dengan lancar. Lalu pentingnya berpikir positif dan punya sugesti yang baik pasti akan mendatangkan hal yang baik pula. Makanya gue bilang seseorang bisa membuat surga atau neraka mereka sendiri. Pengalaman sendiri coy.

Ah iya, menjawab pertanyaan dari paragraf pertama tadi. Seringkali gue mendapat pertanyaan itu dari keluarga gue, apalagi pertanyaan kedua. Gue cuma bisa jawab : “iya besok, biar pada seneng dah”. Lalu mereka langsung mengamini dan mengatur pernikahan gue akan seperti apa. Dalam hati aing mah seneng weh, diperhatiin. Tapi yang gue bersyukur dari keluarga ini adalah dari cara mereka mengomentari jalan hidup gue, sesederhana apapun nantinya, yang penting gue masih berpegangan sama agama, bersyukur apa yang gue punya. Bahkan pemikiran gue sama dengan mereka (khusus nyokap dan kakak gue) kalau nikah nanti gausah dibesar-besarin, karena apalah arti jadi raja dan ratu sehari kalau nanti hidupnya ga tenang kemudian. Lebih baik apa adanya, sesuai budget, keluarga menerima dengan ikhlas dan senang hati. Ah surga dunia akhirat itumah. Kalau orang tua sudah ridha, apapun jalannya pasti enteng. Meskipun mereka ga berbicara, tapi dari sikap mereka sudah menunjukkan. Karena dari pengalaman sepupu gue yang menikah akhir agustus kemarin. Orangtuanya seperti kurang ridha dan agak kecewa (mungkin) dengan besannya, jadi pernikahannya kurang berjalan dengan hikmat dan sakral. Padahal inti dari pernikahan itu sendiri ya sakral bukan?


Karena laki-laki yang baik akan dapat wanita yang baik (pula), dari situ gue merasa ditampar pisan. Gue yang sekarang aja masih keblangsak wkwkw. Tapi gue perlahan ingin menjadi lebih baik lagi. Bukan dengan harapan gue ingin mendapat jodoh impian, noooooo. Agak munafik sih. Ya namanya juga manusia, ingin mendapatkan yang terbaik. Tapi dengan perlahan langkah gue ini dengan harapan gue bisa kuat dan ikhlas atas semua jalan hidup yang gue pilih. Asikbangetdah. Udah ah, udah adzan subuh. Byebyeeeee. Assalamualaikum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day

Sempit