Gelap

Di ruangan ini, gelap. Tak ada yang bisa aku lakukan selain membelalakkan mata dan imajipun keluar. Menari-nari lincah bak sudah bertahun-tahun berpengalaman. Mata semakin berat namun tak sedikit pun kantuk yang kurasa. Akhirnya perlahan buliran mata jatuh ke pipi. Bukan itu yang selalu kusesali, namun bersyukur. Karena Tuhan telah memberiku mata untuk melihat, bahkan mengeluarkan kelenjar entah itu antara bahagia, sedih maupun gabungan keduanya.  Tetap, diruangan gelap ini aku tersenyum, menertawakan kelakuanku, menyalahkan diri sendiri. Sampai akhirnya bosan dengan alunan musik itu, akupun tertidur dengan lelap dalam kegelapan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day

Sempit