Intermezzo (lagi)

Sebenernya laptop yang gue pake ini udah gak layak pakai, tapi mumpung masih bisa dipakai buat menulis, gak ada alesan kan?

Masih bingung dengan topik yang akan gue bahas di post ini. Karena sudah beberapa minggu ini kepala dibuat rieut (re: pusing) dengan pikiran gue sendiri. Ya gimana enggak? Menggabut sebulan lebih kerjaan gue di rumah. Tak ada kue lebaran, baju baru pun hanya angan. Astaga, terlalu mencurahkan banget ini ya. Masalah? Gak sih, karena gak ada yang baca postingan gue selain gue sendiri, yihahaha.

Tapi serius, 2 bulan lebih gabut di rumah. Mau kerja tapi rasanya mager. Karena gak ada tawaran juga (ini mahasiswa tipe apa ya?) ada sih tawaran, tapi bukan tawaran kerja, malahan tawaran les bikin kopi di daerah kantor kakak gue yang lupa namanya. Dibayarin pula, enak kan? Tapi teteup, kaki gue males melangkah untuk keluar. *tepok jidat*

Banyak hal yang gue alamin sebelum dan selama bulan puasa ini. Emang yah, feeling gue sebagai wanita (terserah mau bilang perempuan atau cewe) itu hampir akurat. Banyak kejadian yang udah gue duga sebelumnya dan hal itu terjadi. Mungkin kejadian itu sepele, makanya gue jadi lupa apa aja, hihi. Entah firasat apa yang hanya sekedar mampir sebentar bahkan betah berlama-lama, sampai akhirnya firasat itu mati sendirinya.

Dan gue masih bingung sama topik postingan ini. Hmm, paragraf diatas sebelumnya gue tulis karena teringat lagu yang lagi gue denger itu lagunya Maroon 5 – Just A Feeling. Pertama kali gue denger lagu itu adalah di radio dan gue langsung jatuh cinta sama suaranya si Adam yang mungkin bikin naik turun jantung para wanita, atau bahkan para lelaki? Pff.

Lagu itu gue dengar sekitar tahun 2011, saat bulan puasa juga. Jadi, waktu itu ketika menit-menit adzan maghrib dan hal yang gue lakukan saat itu adalah mendengarkan radio, entah sejak kapan, gue memulai kebiasaan itu, karena gue juga lagi tergila-gila dengan lagu barat. Dan sebagai penghilang kejenuhan juga sih.

Nah acara yang lagi booming-boomingnya di radio itu adalah sebuah podcast drama yang temanya itu bervariasi, dari cinta-cintaan, sampe yang mengerikan juga ada. Rasanya jadi gado-gado campur jus alpukat gitu. Dari podcast drama itulah, pasti ada backsound yang mengiringi drama itu kan, barulah pertama kali gue denger lagu itu. Setelah beberapa hari sering diputar lagu itu di radio, akhirnya gue downloadlah lagu itu. Setiap podcast drama yang diputar lagu itu pasti gue senyum-senyum sendiri, karena cucok banget sama temanya saat itu. Yah, namanya juga masih masa-masa ababil gitu, demenannya ya begituan, pff.

Dan dari situlah, gue jadi deket dengan sesuatu, eh maksudnya seseorang. Saking saltingnya. Kita berdua jadi sahabat yang lumayan deket, dan dia itu cowo. Sebut saja namanya Udin. Gue sama Udin ini udah deket sejak kelas 2 SMA, karena dulu baru sekelas. Si Udin ini punya kesamaan yang sama, dengerin radio. Setiap ada lagu baru pasti yang paling update adalah radio. Gue dan Udin pun sering share tentang lagu terbaru yang ada di radio. Lagu apa aja yang baru pasti gue sama Udin bahas, entah lagunya enak atau alay gak jelas.

Karena bulan itu bulan puasa, jadi acara favorit kita berdua di radio itu ya podcast drama itu. Karena ceritanya mengandung arti dan mengharukan (apasih) ya pokoknya cucok buat didengar. Oh please, saat ini gue lagi denger podcast beberapa tahun yang lalu. Rasanya jadi intermezzo begini, konsentrasi pun pecah. I miss you Udin. Fin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day

Sempit