Puisi

Mataku perih, kering, hampir tak berair.
Pernah sesekali aku menangis, hanya karena merindukan kenangan untuk bersua.
Tapi aku tidak mau berlarut lagi.
Pernah sesekali aku menyesal, hanya karena aku tak bisa memenggemgam apa yang tak bisa aku miliki.
Sakit, mata ini butuh sedikit air untuk meredamnya, tapi aku tak bisa.
Pernah sesekali aku mendamba impian, entah akan menjadi mimpi selamanya atau tidak.
Aku hanya membiarkan ia berlari dan menari-nari di pikiranku, sampai lelah.
Sampai aku bisa normal menggunakan otak ku dengan normal.
Ku bentangkan sajadahku lagi, berdoa dan meminta-minta layaknya seorang hamba.
Bercerita keluh kesahku, kenapa aku begini, kenapa bisa begitu, dan masih banyak lagi keinginan liar ku yang belum tercapai.
Aku mulai terbiasa dengan ini.
Terbiasa dengan doa yang kuucap tanpa tau akan terkabul atau tidak.
Hanya ingin memeluk diri ini yang hampir rapuh, tapi bagaimana caranya?
Kembali ke dunia nyata dengan senyuman khas ku.
Tanpa tau apa yang aku rasakan.
Hanya Allah yang paling tau setiap rasa apa yang hamba-Nya miliki.
Jadi, aku hanya percaya apa yang aku ingin percayai.
Tanpa ingin tau apakah doa-doa ku akan terkabul atau tidak.
Waktu pasti cepat berlalu.
Setiap manusia berubah.
Mengikuti arus atau tidak.
Mencintai atau dicintai.
Melupakan atau dilupakan.
Menjadi baik atau buruk.
-4.01

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day

Sempit