Pursuit of
Aku suka kopi, karena rasanya jujur. Jujur untuk menghadapi kenyataan. Jujur akan kenangan. Apakah aku terlalu terobsesi terhadap kenangan yang mungkin saja bukan untukku ratapi? Sekarang aku hanya ingin berlari, menjemput kebahagiaan. Tapi aku juga ingin menikmati rasa kesepian yang masih tinggal karena belum saatnya aku pindah. Katanya, yang bisa mengobati hati adalah hati juga. Namun, hati ini kenapa? Merasa tertutup tidak, terbuka juga tidak. Sama sekali aku tak ingin dikasihani, itu hanya untuk orang yang sudah putus asa. Apakah aku normal seperti ini? Semakin lama aku menyentuh langit dan berdoa, semakin luluh aku mengingat semua harapan yang aku gantungkan dan menancap di hati. Sekarang aku berada di fase dimana aku harus membiasakan diri dengan kenyataan, dengan realita yang tak bisa ditebak. Apakah yang namanya kenangan selalu mengganggu? Terbuat dari apakah sebuah kenangan? Aku tidak pernah bisa mengerti mengapa kenangan selalu kembali dan kembali lagi. Kalau mau dibilang juj...
Komentar
Posting Komentar