Wish

Akan tiba saat aku hanya ingin sendiri.
Merasakan nikmatnya dihujani tanda tanya yang belum terjawab.
Merasakan rindu yang semakin meragu.
Antara ingin merelakan atau pergi begitu saja.
Waktu itu kejam ya? Tapi waktu juga bisa menyembuhkan, katanya.
Sekarang bukan hanya perkara cinta yang aku resahkan, tapi juga apa yang akan aku bawa untuk 'bekal' kehidupanku nanti.
Apa aku sudah cukup baik untuk ini?
Ah, hidup saja aku masih suka mengeluh.
Kalau aku bisa bongkar pasang hati, pasti tidak akan menyesakkan seperti sekarang.
Aku hanya ingin menjaga diri dari egoku sendiri, meskipun akhirnya akulah yang egois.
Setidaknya aku sudah berusaha, bukan?
Aku hanya ingin damai dengan semuanya, termasuk dengan sisa bayanganmu.
Aku hanya bisa berpasrah diri, dengan perasaan ini, karena hanya Tuhan Maha Pengolah Rasa.
Kalau nantinya aku bisa 'merelakan', mudah-mudahan tidak ada pihak yang tersakiti sama sekali.
Dan kalau nantinya aku dengan terpaksa 'pergi', aku harap Tuhan bisa menyembuhkannya.
Aku masih berhenti di pertengahan batas yang gelap.
Mencari segaris kehangatan yang pernah ada. Yang membuatku nyaman.
Sampai dibuatku lupa bernafas.
Apa aku boleh tetap nyaman disini? Sampai akhirnya aku bisa menemukan jawabannya?
Tentu aku tidak akan menganggu apa yang menjadi tujuanmu, tetap jalan lurus kedepan.
Karena disini aku tidak bisa meraba kewarasanku. Dan aku tidak tau mana khayalan dan mana kenyataan.
Kalau saja waktu aku putar kembali, bisa kita tidak usah bertemu saja?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day

Sempit