CERITA DI MEKARJAYA (1)









Karena terlalu sering posting tentang puisi atau cerita absurd, disini gue akan menceritakan pengalaman dan kenangan selama praktik belajar lapang di desa Mekar Jaya, Banten. Sebenarnya banyak banget hal yang terjadi disana, mulai dari pribadi yang gak saling kenal sama sekali sampai gue belajar menerima kekurangan disetiap masalah yang ada.

Awal pembagian kelompok Desa, jujur gue hanya tau muka mereka dan juga beberapa anak yang gue kenal. Secara kelas gue dimana-mana mereka tau gue, terkenal sebagai orang yang jutek. Bisa dibayangin ga tuh, udah belasan orang yang bilang gue seperti itu. Oke skip.

Saat kumpul kelompok untuk persiapan kesana, ya hanya diskusi lewat chat, selebihnya ketemu sekedar.... (Lupa disini ngapain), belum ada chemistry. Cielah.





Berangkatlah kami ke Desa masing-masing. Bersyukur sujud gue dapet desa yang letaknya berdekatan dari rumah ke rumah. Masih belum terlihat chemistry atau tanda PBL ini bakal berjalan dengan lancar. Tetap positif tapi karena gue suka overthinking, akhirnya gue percaya aja sama kelompok ini. Mulai dari ketua, si tukang puyeng dan grasa grusuk,  gue percayakan kepentingan kelompok ke dia. Seperti manajemen data yang bukan passion gue tentunya. Sisanya sama rata. Pembagian masak, cuci piring, bebersih dikerjain sama yang wedok. Sing ganteng dewe alias ketua cuma dihari pertama cuci piring, pencitraan emang.

Gaada hal yang spesial dari cerita gue ini, tapi gue bersyukur aja ketemu manusia-manusia ini. Karena perbedaan umur yang ga terlalu jauh, jadi mungkin sense of life ga begitu berbeda (masa seh.). Palingan pengalaman dalam hal pendidikan, atau hal yang paling mendasar itu gue bisa adaptasi ke mereka. Mereka selalu menghibur disaat ada masalah dalam tim saat disana, emang dasarnya udah gapunya urat malu kali ya. Tapi foto aib ga akan gue perlihatkan disini, Mencemarkan nama baik nanti~

Ada satu orang dari tim gue, yang sepertinya adalah cerminan gue dulu tapi ga semua sih. Gue yang dulu polos, egois, individualis dan belum bisa bekerjasama. Akhirnya dibully dan paling sering kena omel si ketua puyeng. Disitu insting gue jalan kalau ada masalah dengan dia. Gue ceritain semua pengalaman gue dulu selama pkl di rumah sakit. Pola pikir gue mulai terbentuk walaupun ga sepenuhnya, gue belajar bekerjasama. Sampai pada akar-akarnya gue menjelaskan ke dia. Alhamdulilah dia tercerahkan dengan siraman rohani gue (halah) dan sedikit demi sedikit  dia mau memperbaiki masalahnya.

Yak hari pertama sampai ketiga masih flat, jaga image dan karena belum mulai pengumpulan data yang dibutuhkan, mulai khawatir karena timeline ga sesuai dengan ekspektasi. Kaget karena belum pernah sama sekali terjun ke komunitas, ada aja miss yang terjadi. Pokonya weh aing gabisa jelasin satu satu, disini harus pake banget berpikir jernih. Dicari solusinya bareng-bareng. Stay positif dan tenang itu kunci. Kegiatan paling awal itu skrining balita (setelah bekerjasama dengan kader, bidan desa, dan perangkat desa lainnya), setelah itu sampling, yah gausah diceritain juga step by stepnya karena bisa jadi 1 buku nanti. Yeah.

Kegiatan posyandu

Posyandu jugaa

Sare heula neng?

Pembagian input data juga, karna gue orang yang suka loading lama, gue hanya support doa dan ikutin instruktur dari yang lain. Daaaaan karena gue gabisa tahan terjaga lama, cuma gue yang tidurnya paling cepet. Alergi dingin juga memaksakan gue tidur didalem kamar dan selimutan. Hahaha.

Hari ke-4 dan seterusnya, satu persatu mulai kelihatan tanduknya. dari yang suka ngelaba, ngeluh ngeluh ngantri ke kamar mandi, rakusnya kalo makan, tukang puyeng, demen curhat, yang diem diem bae juga ada. Semua kategori manusia ada kali ya disini. Yang egois paling dicaci maki, dibully minimal. Hal termenyenangkan menurut gue saat di desa adalah, saat jam setelah ngambil data itu waktu maghrib. Setelah pulang dan bebersih, ada waktu luang untuk selonjoran sebelum mulai input data, sambil ngelurusin kaki tarik napas, kami bersepuluh kumpul sekedar untuk cerita seharian tadi ngapain aja, gosipin orang, ketemu siapa aja, curhat apa aja, ada aja jadi bahan obrolan. Ya setelah itu lanjut begadang mandat (diriku disini sudah terlelap~). Siapa aja satu tim gue di Desa Mekar Jaya, gue sebutkan berdasarkan yang gue kenal lebih dulu ya:

Nenek/Devi: sosok keibuan yang udah merawat gue kalo lagi sakit dan menjadi penetral diantara semua, band kali netral
Catur: yang paling sabar kalau dibully, juga rajin tidak sombong dan hormat sama yang lebih tua (terbukti kalau ketemu gue salim mulu)
Aras: si manja tapi rajin, satu kelompok juga dibab 2 proposal 
Genderuwo aer/dhibay: tukang ngabisin aer dibak mandi, paling lola setelah gue kali ya, makan bisa 3 kali lipat lebih dari gue
Tukang puyeng/Akbar: si ketua yang hobinya pusing sendiri, demen mojok didepan jemuran sambil ngasep. Udah bawaan dari lahir kali ya puyeng mulu
Caming/Ica : couplenya nenek, kayak ibu anak. Bisa dikondisikan disegala tempat alias easygoing, pokonya selalu ngikutin si nenek deh.
Queen of bakso/Ai rahayu: easygoing juga, gak gampang ngeluh kecuali kalau belum makan bakso hari itu
Si ncuy/Nida: manusia yang paling kecil dan kalem, gapernah marah sekalipun tapi gatau ya didalemnya gimana. Entah hatinya terbuat dari apa
Deia: gatau mau pake alias apaan, telah berjasa jadi tukang ngerokin gue (top begete dah u), si pinter masak, kalau ngomong gapake saringan (lupa dibawa sama dia kayaknya), suka tiba-tiba srimulat.
Gue: tidak bisa dideskripsikan, silahkan menilai sendiri~

Alhamdulilah selama di Desa warga disana ramah banget, bangeeeeet. Ketemu senyum, kami disapa malah disuruh mampir, pemilik rumah yang kami tempati juga ternyata orangtua dari kader dan memang rumahnya itu sering dijadiin tempat singgah untuk para mahasiswa yang KKN. Padat penduduk tapi sejuk. Rindu beli nasi uduk tiap pagi :(





Jalan setapak menuju Kampung Ilham Jaya

Akses dari kampung ke kampung terbilang mudah, cuma ada satu kampung yang paling jauh adalah Kampung Ilham Jaya, lupa seberapa jauhnya tapi lumayan untuk diakses pake kaki. Pernah waktu kesana itu kami minta tebengan mobil losbak. Ya norak kegirangan sih, tapi kalau ga begitu capek juga kan..



Oh iya, selain kegiatan di Desa, minggu ke-2 kami ada kuliah di Puskesmas Kecamatan. Awalnya yang mau jalan kaki dari Desa ke depan jalan raya besar yang ditempuh sekitar 3 km, dan yang lain ikut protes gamau jalan kaki akhirnya nyewa mobil losbak juga. Sesampainya disana, cuma dari Desa kami yang naik losbak sisanya jalan kaki, naik angkot juga naik mobil ambulance juga ada. (penting ga sih gue cerita bagian ini?). Kuliah Puskesmas membahas profil PKM, program PKM, juga prevalensi status gizi setiap indikator masing-masing Desa yang ada di Kecamatan Cimarga. Tida lupa temu kangen handai tolan yang sudah berpisah dan cerita sedikit pengalaman ditiap Desa.

Hari-hari terakhir di Desa Mekarjaya, makin sendu juga nano nano rasanya. Sedih berpisah dengan warga disana apalagi dengan kader yang sangat baik hati dan banyak membantu kami mencari data. Emak njum yang bersedia rumahnya jadi tempat singgah kami selama 2 minggu. Berharap masih diberikan umur dan kesehatan untuk Intervensi di PBL 2. Aamiin! 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day

Sempit