Sempit

Mungkin seiring berjalannya waktu semakin kesini gue hanya memikirkan diri gue sendiri. Dalam arti ya hampir masa bodo apa yang orang bilang. Berbuat apapun yang gue suka, tanpa merugikan orang lain tentunya. Banyak kejadian yang membuat gue harus bersikap seperti itu. Misalnya aja, gue diumur sudah 'ideal' untuk menjalani hal yang lebih serius, tapi gue masih belum lulus kuliah, belum dapet kerjaan. Masih tinggal sama orang tua, bla bla bla. Disaat teman-teman gue sudah berkeluarga, sudah sukses dan punya karir baik, gue masih kayak gini-gini aja. Sebenarnya gue engga peduli dengan hal itu. Toh gue engga akan dapat apa-apa kalau gue memikirkan hal diluar kuasa gue, memang apa untungnya? Disitu gue merasa bangga akan diri gue sendiri bahwa gue engga perlu mencampuri urusan orang lain, toh yang menjalani hidup ya mereka sendiri, sudah dikasih perannya masing-masing. Kalau ini memang seperti apa yang gue harapkan saat gue pernah punya sumpah serapah bahkan hampir mengutuk gue sendiri (yes masa lalu engga bisa dihindari, sampai gue mau engga menikah atau menunda karna alasan klasik, calon aja belom ada woy) mungkin ya ini jawabannya. Banyak pertimbangan yang selalu gue pikirkan. Ah lulus aje belom udah mikirin ginian. Yup, life goes on. Entah ini karma atau bukan. Dan anehnya sekarang gue merasa hidup gue tenang dan tentram (engga termasuk masalah hidup yang kayak upil semut) itu mah engga keitung. Karena hidup ga seindah cerita cinta di ftv, komik, anime atau webtoon, gue memilih untuk itu. How selfish, kan gue? Ya gue bisa menghitung siapa orang yang mau mendengar gue, ada di samping gue. Bahkan gue engga butuh siapapun kalau gue sedang out of blue. Bukannya gue sombong, apa gue ini punya kelainan atau apa gue juga engga tau. Gue punya cara sendiri yang lebih asyik ketimbang gue update dimana-mana, makan banyak, masak, apapun. Yah menyendiri itu terkadang menyenangkan. Mengandalkan diri sendiri lebih baik untuk saat ini. Terbuka sama orang lain? Engga segampang cuma buka mulut terus ngomong A sampai Z. Gue masih heran, banyak yang bilang ketika kita belum bisa move on dari seseorang, pasti ada yang bilang "buka hati aja buat orang lain, siapa tau lo bisa move on dari dia". cih, siapa lo ngatur ngatur gue (lagi pms bawaan pengen ngata2in orang). Pemikiran itu engga sejalan sama apa yang gue rasakan dan jalani. Betul sih gue bisa move on, karena orang itu pacaran sama temen gue sendiri (ahilih masa lalu masih inget aje deh) nah karna gue merasa dia bukan yang baik buat gue makanya gue bisa move on. Orang brengseee kayak begitu engga pantes di sedih-sedihin. You get what you deserve. Sekarang gue ingin netral, dimana gue bisa menjalani apa yang ingin gue jalani, tanpa beban dimana masa lalu ya udah tinggalah masa lalu (jangan nyanyi ah), dan gue sempat berpikir begini, misalnya ada yang mau menerima kekurangan fisik gue, kekurangan sifat bahkan mau meredakan amarah (ciaat amarah) yak pokoknya segala kekurangan gue, lalu orang itu berusaha melindungi gue dengan segala usahanya, menjadi pendengar yang baik, bahkan teman cerita yang engga penting sekalipun. Apa ada ya orang begitu? Aih kebanyakan nonton anime kayaknya inimah. Gue sih engga muluk-muluk apakah gue bisa mendapatkan itu atau bahkan sebelum gue menikah ternyata gue udah dipanggil Yang Maha Kuasa? kenyataan memang indah ya. Yakin atau engganya tergantung diri sendiri. Nah makanya gue engga bergantung sama harapan masa depan itu. Terlalu jauh itu. Mending hari ini ya hari ini. So face yourself. Reality.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day