TIME KEEPER

Usia gue yang tidak remaja lagi, membuat setiap kejadian yang gue hadapi dengan cara yang sesuai dengan logika dan rasional. Tapi itu semua engga memungkinkan gue sama sekali engga pake perasaan. Tetap ada hal yang gue mementingkan perasaan, urusan hati. Ya, gue terima kenyataan kehidupan yang gue jalani sekarang, ada tapinya, masih ada urusan yang belum gue selesaikan sampai sekarang. Gue berusaha sebaik mungkin agar jangan sampai terbawa suasana dan emosi kalau gue belum terima atas takdir yang ada. Kalut pasti pernah ada, mungkin alam bawah sadar gue punya sinyal untuk segera menyelesaikannya. Tetap aja, waktu yang belum tepat untuk itu. Tapi kalau Allah memang mengizinkan menghapus bersih semua hal yang membuat gue selalu bermimpi dan batin yang terus menerus menyuruh untuk menyelesaikannya, gue angkat tangan. Selalu ada jalan kalau mau berusaha. Benar ya ada kalimat, balas dendam terbaik adalah menjadikan diri kita lebih baik [Ali bin Abi Thalib].
Gue tidak mengatakan gue sudah bisa balas dendam, karna terlalu kasar menyebutkannya. Perlahan gue menemukan cara yang lebih baik untuk melawan rasa menyesal ataupun hal buruk tentang masa lalu. Meskipun cara ini terlihat egois, gue pun harus membuang sedikit rasa peduli, walaupun secara lahiriah Allah telah menganugerahkan hati manusia, sehingga sisi lemah gue masih ada, tetap gue mengharapkan kebaikan untuk dia. Dia yang mungkin sudah melangkah lebih baik dari gue, so gue lebih baik mendoakannya saja. Karena sendiri lebih menyenangkan dibanding bersama orang yang engga bisa menerima masa lalu kita. Berusaha menyayangi kita apapun keadaannya. Berpasrah akan ketetapan Allah namun masih berusaha dengan urusan dunia. Karena yang menjadi masalah adalah gue sendiri, dengan pola pikir sampah serakah dan amburadul ini, menyadari gue harus bahagia dengan kehadiran gue di dunia. That'll.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day

Sempit