Aku

Aku hanya titipan. Aku hanya raga yang telah Tuhan ciptakan untuk jiwa yang telah ditiupkan. Maka, aku hanya bisa berusaha sebaik mungkin menggunakannya. Sebelum pulang, harus ada bekal yang aku bawa. Tapi, selalu saja dosa dan khilaf yang menghambatku untuk berjalan. Rasa sombong dan kecewa, harapan tinggi dan angkuh. Akupun sendiri tak tahu apa yang kurasa. Bukan mati rasa, memang sudah tak tahu lagi ingin mengeluhkan apa. Hanya bisa menangis. Aku ingin terus maju, aku hanya ingin hatiku lapang, tenang. Mengapa aku selemah ini? Sekali lagi, sabar memang tak ada batasnya. Aku hanya ingin selalu sabar, namun kapan semua inginku tercapai? Apa itu semua bukan hak ku? Apa doaku salah? Atau mungkin aku belum pantas untuk menerimanya? Apa aku perlu mengubah doaku? Astagfirullah, aku harus apa lagi? Selain berdoa dan bersujud? Serta berusaha menjadi pribadi yang lebih baik? Maafkan atas kelancangan diri ini, karena aku sadar aku hanya manusia yang tidak sempurna padahal tahu manusia adalah ciptaan yang paling sempurna. Yang iri karena orang lain sudah lebih dulu lebih baik darinya. Yang menginginkan masa depan yang belum tentu ia lewati. Yang hanya bisa diam dalam keramaian dan memanjatkan doa dalam sepinya. Yang sangat rapuh dan membagi keluh kesahnya hanya pada Satu -satunya tempat. Dan menulisnya sebagai gambaran tangisnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day

Sempit