Tiba-Tiba Hujan

Padahal aku tidak mengharapkannya. Berharap hujan turun, tapi kenapa hujan selalu datang disaat yang bahkan aku tak tahu itu? Malah aku berharap kamu yang datang. Ah, aku hanya seorang pemabuk cinta yang selalu berharap kekasihnya itu mengucapkan 'selamat malam' maupun sekedar berkata 'aku cinta kamu'. Mungkin hujan kali ini pertanda air mataku yang masih sembunyi di sarangnya dan belum mau keluar, memang sudah kutahan sedemikian rupa agar tidak tumpah. Tapi tetap saja, Tuhan tidak setuju kalau air mataku ini jatuh, jadi diganti-Nya hujan yang tiba-tiba saja turun ini. Aku ingin sekali, terbesit di pikiranku, aku ingin mandi hujan, berdua saja. Tak peduli betapa bodohnya kita berdua tidak berteduh di pinggir jalan. Bermain genangan hujan sambil berlarian. Tak peduli malamnya masuk angin. Tak peduli orang lain melihat kita. Cuma kita berdua, bergandengan tangan. Mengulang kenangan yang hangat dulu. Memperlihatkan masing-masing senyum lebar kita berdua. Atau bila itu tak mungkin, sederhana saja yang aku inginkan, kita berdua duduk di tempat favorit kita, mendengar angin sore, dan sambil makan arum manis berdua. Dan jangan sampai ketinggalan, FOTO! Aku ingin selalu kenangan kita berdia ada di memori kasar alias foto. Agar anak cucu kita nanti tahu, betapa romantisnya kita berdua dengan hanya duduk manis di sana sambil makan arum manis. Mungkin itu dulu impian yang ingin aku wujudkan bersamamu. Jika aku masih ada umur dan masih bersamamu dan masih sehat. Aku ingin mengelilingi dunia bersamamu. Titik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Loser

E-Day

Sempit