OTAK VS HATI (1)
Otak : “Sampe kapan lo mimpiin dia yang gak
bakal ada buat lo?”
Hati : “Gatau deh.”
Otak : “Lo berani nyapa dia, tapi apa dia akan
bales sapaan lo?”
Hati : “Gak.”
Otak : “Buat apa lo nangis buat dia yang gak
pernah menawarkan bahu dan mengusap pipi lo ketika lo lelah?”
Hati : “Hmm.”
Otak : “Nyadar dong, dia cuma harapan kosong
yang terus lo tunggu gatau sampe kapan.”
Hati : “Iya.”
Otak : “Ngaca juga, mata lo tuh sembap karena
sering menitikkan air mata dan memikirkan dia yang gak jelas endingnya.”
Hati : “Iya.”
Otak : “Kenapa daritadi gue ngomong panjang
lebar, lo cuma jawab gatau, iya dan gak?”
Hati : “Terus gue harus jawab apa?”
Otak : “Ya lo harus melakukan sesuatu dong!”
Hati : “Tapi gue gak punya tangan dan kaki. Lo
emang mau bantuin gue?”
Otak : “Kaki dan tangan yang punya kuasa gue. Gak
bisa.”
Hati : “Terus kenapa lo mencampuri masalah
gue?”
Otak : “Karena gue melihat dengan kedua mata
gue, lo rapuh banget.”
Hati : “Oh ya?”
Otak : “Ya, lo gak kasian sama diri lo sendiri?”
Hati : “Gak tuh, karena gue diciptakan lemah.”
Otak : “kasian banget.”
Hati : “Dan gue butuh lo buat melengkapinya.”
Otak : “Buat apa? Emang ada untungnya?”
Hati : “Loh tentu ada, belum tau ya?”
Otak : “Selama gue hidup di kepala manusia,
belum tau tuh kita saling bersatu.”
Hati : “Seharusnya lo kasian sama diri lo
sendiri, lo terlalu sombong untuk menunjukkan bahwa lo yang punya kuasa
segalanya. Tanpa ada gue lo tuh cuma badan dan anggotanya, ga punya nurani.”
Otak yang
sedari tadi membusungkan dadanya tiba-tiba marah dan menghiraukannya. Entah sampai
kapan otak dan hati bisa salling melengkapi.
Komentar
Posting Komentar