Lirih
Anganku masih mengambang,
tergantung dengan sempurna disana. Tentangmu, tentang dirimu yang masih enggan
angkat suara. Aku sendiri pun ingin beranjak maju, melangkahkan kaki sendiri,
tapi berat. Belajar ikhlas itu sulit ya? Meringankan hati yang sudah terlanjur
memelukmu, meskipun hanya bayanganmu saja. Entah ragamu ada dimana. Sebenarnya aku
tak berharap, ingin tak berharap sama sekali, aku hanya belajar untuk menerima
hari demi hari, menerima kenyataan. Tapi aku ini perempuan yang selalu ingat dengan
janji-janji yang selalu kamu ucapkan. Rasanya, jika itu bukan jadi kenyataan,
aku ingin sekali mengulang waktu. Berharap kita tidak pernah bertemu, tidak
pernah saling kenal. Tapi apa daya, semesta sudah mengatur ini semua. Hal yang
tidak pernah aku duga terjadi. Aku benci diriku sendiri, karena tidak bisa
mengendalikan perasaan dari hati kecil ini. aku sering berdoa kepada Tuhan,
sampai air mataku berlinang dan sajadahku basah, bukan hanya berdoa, tapi aku
mencurahkan semua yang menjadi bebanku selama hidup. Masa bodoh apabila doaku
tidak dikabulkan, aku hanya ingin didengar, melepas semua rasa sedih, kecewa,
amarah, egois dan hal yang membuat aku bukan jadi diriku sendiri. Apa aku harus
seperti ini? Kenapa aku selalu iri kepada teman-temanku yang mempunyai pasangan
yang dengan mesranya didepanku? Apa aku harus menderita? Kenapa aku sangat
lemah?
Mengapa aku menyakiti diriku
sendiri seperti ini? Bukan aku yang meminta kalau mau tahu. Disisi lain aku
bisa bertahan sampai aku tidak sanggup untuk bertahan. Aku sadar, aku bisa
mencari yang lebih baik, tapi bukan itu cara penyelesaiannya. Menjadi yang
lebih baik mungkin itu solusinya. Aku hanya ingin berharap kepada Sang Maha
Kuasa, apa aku bisa mengikhlaskan sesuatu yang sudah terlanjur kupeluk, sedih
jika teringat akan ragamu yang sangat dekat dulu padaku, sekarang hanya
sisa-sisa kenangan darimu yang kupungut. Jangan pernah menaruh kasihan padaku,
aku tak mau dikasihani, tapi bukalah mata dan hatimu, apakah egomu itu tak
pernah lelah bersarang padamu? Atau apa?
Biar waktu yang menjawab, percuma jika aku yang menuntut ini kepadamu. Biar derita dan lara ini buatku.
Komentar
Posting Komentar