BIANGLALA
Malam itu, aku gatau tepatnya jam berapa. Kamu ngajak aku
pergi makan, mumpung belum terlalu malam aku turutin aja, meskipun kepala ini
peningnya luar biasa. Demi kamu, dan karena kita jarang keluar untuk quality
time. Saat dijalan aku baru inget, aku lupa bawa jaket, terus kamu berhenti dan
langsung lepas jaket dan langsung kamu kasih ke
aku, aku gamau. Pundak kamu pun sudah cukup hangat buat melawan
dinginnya malam itu.
Setelah sampai ditempat yang kita tuju, aku langsung duduk
dan pesan makanan, cuma kamu diem aja ngeliatin aku, muka kamu kayak abis
ngeliat bidadari yang jatuh dari genteng kayak di iklan itu tuh. Kita makan
berdua berhadapan, dan sambil tertawa terbahak-bahak, seakan-akan ga punya
masalah sama sekali. Semuanya lepas dan bahagia.
Sehabis makan, aku bingung kan mau kemana, lagian aku juga
gak bisa jalan jauh lagi karena peningnya makin parah, tapi aku ga bilang ke
kamu, maunya kita tetap berdua sampai kaki ini ga bisa melangkah lagi. Ya dipikiran
aku sih begitu.
Kita lanjut jalan
lagi, aku tanya mau kemana kita, dan kamu jawab “nanti juga tau sendiri.”itu
jawaban terdingin yang pernah aku denger. It’s ok, dan aku rebahin kepala aku
lagi ke pundak kamu, karena kepala ini sudah gak kuat menahan beban aliran
oksigen yang lewat pembuluh darah yang kecilnya bukan main ini. Aku rasa lelap
banget dan gak terasa motor kamu berhenti dan kamu pegang tangan aku. “udah
sampe nih, tunggu sebentar disini ya.” Kamu pun pergi sebelum aku berhasil
melihat sekitar dengan jelas.
Setelah 6 menit kamu menghilang, kamu dateng dengan tangan
kamu dibelakang. Aku kira kamu lagi bawa tuyul. Eh rasanya otak ini sudah gak
bisa menerima lagi perintah yang sebenernya jadi agak kacau. Masih dengan rasa
yang penasaran kamu bilang “ini buat lo.” Dan langsung senyum ini merekah,
karena yang kamu bawa itu bunga daisy, bunga kesukaan aku. Entah ada kekuatan
apa, kepala ini langsung terasa ringan dan tanpa sadar aku meluk kamu dan
bilang, “makasih ya sayang.” Memang bodoh sih, karena banyak orang-orang
sekitar yang ngeliat kita, tapi kamu juga diem aja dan tersenyum lalu bilang “sama
sama sayang.”
Setelah itu aku nanya ke kamu, kenapa aku suka bunga itu dan kamu
jawab gatau sambil nyengir. Yang pertama, karena bunga daisy itu artinya
kesederhanaan, seperti cinta kita yang dimulai dari kesederhanaan. Yang kedua,
karena bunga itu berbatang tunggal, cuma satu. Cuma satu buat kamu, hati ini
buat kamu seorang.
Kayaknya sih kamu salah tingkah, terus mengalihkan perhatian
dengan bilang “ke pasar malam yuk.” Tanpa mendengar jawaban dari aku langsung
motor kamu melaju pelan karena pasar malamnya gak begitu jauh dari tempat tadi.
Setelah sampai dan kamu parkir motor. Kita jalan berdua, dan aku sambil bawa daisy itu ditangan dan memegangnya erat.
Rasanya mulut ini gak mau berkata-kata lagi, cuma aku merasa
bersyukur karena kamu datang saat aku lagi rapuh-rapuhnya. Masalah lalu memang
gak bisa kita lupakan, cukup dijadikan pelajaran biar aku sama kamu nanti jauh
lebih baik lagi. Dan bibir ini pun gak bisa berhenti untuk tersenyum melihat
kamu yang tinggi dan gagah berjalan disamping aku yang lemah ini.
Setelah berputar-putar mengelilingi pasar malam yang terlalu
ramai itu, dan bingung mau beli apa, akhirnya kita naik bianglala, biar
sekalian kaki ini beristirahat. Setelah duduk, dan bianglala mulai naik keatas,
aku langsung merebahkan kepala ini ke pundak kamu tanpa menunggu diperintah. Rasanya semua
beban yang aku rasain menghilang sudah. “pusing ya sayang?” ah, kamu tau aja
lagi apa yang aku rasain. Aku cuma diem dan tersenyum sambil memejamkan mata
ini. Lalu kamu berbisik dan bilang, “eh bangun, kita udah di atas. Bagus deh
pemandangannya.” Rasanya jantung ini merekah dan mau teriak, tapi cuma “bagus ya
pemandangannya.” karena gamau dibilang anak kecil sama kamu.
Setelah turun dari bianglala, kita jalan lagi dan mungkin
sudah larut malam. Masih bunga daisy itu di tangan aku, kamu nawarin jaket
lagi ke aku, karena dinginnya sudah menusuk seluruh tulang. Kita pulang menuju
rumah aku. Rasanya aku gamau semuanya berakhir, aku terus pegang tangan kiri
kamu sambil bawa motor dengan erat dan hangatnya. Ah, memang ini yang namanya
mabuk cinta.
Akhirnya sampai juga dirumah. Dengan air muka kamu itu, aku
bisa baca kalo kamu mau ikut juga kerumah, tapi tau sendiri kan ini sudah larut
banget, mungkin jam 12. Aku tersenyum dan bilang terima kasih untuk semuanya
yang kamu kasih ke aku. Aku jalan ke depan pintu dengan kamu masih ada disitu, dan
sampai pintu rumah ini tertutup, belum ada suara motor berisik kamu. Dan setelah
aku sampai kamar, barulah suara motor kamu bunyi.
Komentar
Posting Komentar