We are a Winner
Sinar matahari semakin
membuat peluhku berjatuhan. Bersama sahabat setiaku, Didit Kami berdua sangat bersemangat mengerjakan tugas
fisika yang soalnya hampir puluhan.
“Ayo Dit, kita pasti
bisa selesai hari ini juga” soal ke-15 berhasil kami kerjakan.
“pastinya, jangan lupa
traktirannya main ps ya kalo sudah selesai”ujarnya senang walaupun terlihat
sangat lelah. Aku baru ingat kalau hari ini aku akan mentraktirnya main ps
sepuasnya.
Dan akhirnya kami
selesai mengerjakan tugas itu.
Keesokan harinya
disekolah aku melihat pengumuman di majalah dinding yang berisi lomba karya
ilmiah remaja yang hadiahnya 1 juta rupiah dan dengan sponsornya , dan
sekaligus dapat bertemu langsung dengan idolaku, yaitu Bapak Yohanes Surya.
Ya,dia memang pria yang sangat aku idolakan, karena dialah yang membuat
semangatku hidup kembali. Dan aku ingin sekali bertemu dengannya.
“ayolah dit, mau ya
ikut denganku?”tanyaku sambil menarik lengannya.
“tapi van, aku mana
bisa bikin begituan.”ujarnya dengan prihatin.
“gak apa-apa nanti kita
berdua sama-sama membantu, ayolah dit soalnya aku pengen ketemu sama bapak Yohanes Surya nih”aku tidak
menyerah.
“maaf ya rivan, aku
tidak bisa membantu banyak.”
“yasudah, aku gak jadi
ikut karya ilmiah itu.” Saambil kutinggalkan didit di balkon depan kelas.
“eh tapi boleh juga
kalo kita bikin karya ilmiah, aku jadi berubah pikiran”katanya membuatku
seketika berbalik badan.
“”beneran nih,
dit?”senyumku mengembang.
“iyalah, masa bercanda.”
Dan pelajar terakhir
selesai. Aku dan didit segera memikirkan tema apa yang akan dibuat untuk karya
ilmiah ini. 3 menit kami tidak bicara dan akhirnya aku yang angkat suara.
“gimana nih, dit?aku
bingung”
“oh ya gimana kalau
kita tanya ke Bu Ninik aja siapa tau dia bisa kasih kita ide?”didit memberi
saran.
Saran yang bagus dan
aku langsung mengiykan. Sayangnya hari ini sudah jam pulang sekolah. Dan kami
memutuskan untukmelanjutkannya besok dan kamipun pulang. Aku berharap besok aku
dan didit dapat menentukan tema apa untuk karya ilmiah kami.
“menurut ibu, kamu
pilih tema tentang obat herbal yang berada di sekitar saja, terserah kalian
temanya apa, itu saja sudah bagus.”kata bu ninik di ruang guru.
“oh begitu ya bu,
terima kasih atas sarannya ya bu.”
“sama-sama nak”ujar bu
ninik sambil tersenyum.
Akhirnya kami mengambil
tema yang mirip dengan saran bu ninik. ‘obat tradisional’ lah yang kami
ambil. Memang tidak mudah membuat karya
ilmiah seperti yang dikira. Tapi dengan semangat pemenang tak akan mundur dari
jiwa kami. Mulai dari buku-buku referensi dari didit, blog yang mengupas
tentang obat tradisional sampai orang yang paham tentang obat tradisional. Tak
gentar aku dan didit bertanta ke ibu eko, seorang dosen fakultas farmasi di
universitas indonesia dan sebagai tetangganya didit. beruntungnya kami diperbolehkan
untuk bertanya lebih jauh.
Kertas-kertas
bertumpukan di meja belajarku hasil dari
jeripayahku dan sahabat setiaku. Teringat bapak yohanes surya membuatku semakin
bersemangat untuk bertemu dengannya. Dengan modal komputerku, kami berdua
memulai membuat karya ilmiah agar lebih rapi. Semalaman aku tidak tidur karena
karya ilmiah ini, sampai-sampai didit yang menginap dirumahku malah tertidur
duluan. Mungkin sudah terlalu malam dan aku bergegas tidur.
Kicauan burung dan
sinar matahri yang masuk lewat ccelah kecil jendela kamar membuat aku bangun
dan untungnya hari ini hari minggu.
“dit, ayo bangun, ayo
kita olahraga dulu”kataku semangat.
“ah malas nanti aja ah
masih ngantuk”
“wah generasi pemenang gak kaya begini, masa olahraga aja
malas, bagaimana badan mau sehat dan negara bisa maju?”ejekanku membuatnya
langsung terbangun.
“oke deh bos,hehe”
Hanya lari pagi
mengelilingi gang gang cukup menguras tenaga.
Kamipun kembali
kerumah, aku dan didit disuguhi pisang goreng yang baru matang dan teh hangat. Melanjutkan
karya ilmiah yang semalaman aku kerjakan dan hari ini didit yang ambil alih
untuk mengerjakan.
“dit, gantian kamu yang
kerjakan ya, aku mau mandi dulu.”
“oke van, tunggu
pisangnya abis dulu”ujarnya dengan mulut yang penuh dengan pisang goreng.
Sahabat setiaku ini
memang paling top.
“ayo dit sedikit lagi,
kalau capek bilang ya nanti gantian lagi.”
“sip, masih kuat kok.”
Okelah kalau begitu.
Aku beroptimis akan memenangkan lomba ini, dan sebentar lagi aku akan bertemu
dengan sang idola. Dan akhirnya kami menyelesaikan karya ilmiah dan pastinya
kami sangat berharap agar bisa memenangkannya.
Tak lupa aku dan didit terus berdoa agar bisa menjadi juaranya.
2 minggu berlalu dan
akhirnya diumumkan pemenangnya lewat
telepon. Hatiku terus berguncang dan aku tahu didit juga merasakan hal
yang sama.
“kalau ga di telepon
gimana dit?”ujarku pesimis.
“yakin kita pasti
menang kok!”katanya sambil tersenyum dan bibirnya gemetaran.
Tiba-tiba bunyi
andphoneku mambuat jantungku hampir berhenti. Semoga orang yang menelepon tidak
membuat kami kecewa.
“selamat siang, dngan
rivan saputra?”suaranya terdengar dia adalah tokoh besar.
“iya saya sendiri,
dengan siapa saya bicara?”lengaku sakit karena ditarik didit yang ingin tahu.
“selamat ya, adek dan
teman adek yang bernama aditya suherman telah memenangkan karya ilmiah
berhadiah 1 juta rupiah dan sekaligus mengikuti seminar saya dengan tema
generasi pemenang semakin di depan dengan sponsor dari YAMAHA.”
Apakah aku sedang
bermimpi? Tubuhku terasa ringan dan ingin terbang.
“bapak yohanes
surya?”tanyaku dingin dan gemetaran.
“ya, dek saya yohanes
surya, sekali lagi selamat unutk adek berdua.”
“terima kasih pak saya
senang sekali bisa memenankan karya ilmiah ini dan dapat bertemu dengan bapak
di seminar.”ingin sekali aku berteriak karena keberhasilan ini tapi rasanya
tidak sopan.
“nanti adek berdua bisa
datang ke acara seminar yang salah satu pembicaranya adalah saya, dan kalian
juga mendapatkan training motivasi dari bapak Mario Teguh, tanggal dan jamnya
serta hadiahnya akan di konfirmasi oleh asisten saya. Selamat siang.”
Telepon terputus dan
aku berteriak karena akhirnya semua jeripayah kkami terbayar juga. Didit yang
tidak berbicara dengan idolaku tadi terharu dan menetaskan air mata. KAMI
BERHASIL!
Komentar
Posting Komentar